ISLAMTODAY ID— Kesultanan Langkat dengan kekayaannya mampu mewariskan sejumlah bangunan bersejarah. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun sejak era Kesultanan Langkat seperti Masjid Azizi, Madrasah Jam’iyah Mahmudiyah, hingga Gedung Kerapatan adalah peninggalan sejarah yang hingga kini bisa kita lacak.
Berikut profil singkat warisan sejarah yang dibangun sejak era Kesultanan Langkat:
Masjid Azizi
Masjid Azizi ialah masjid bersejarah yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Abdul Aziz, putera Sultan Musa. Pembangunan masjid ini konon merupakan wasiat dari Sultan Musa kepada Sultan Abdul Aziz.
Memenuhi wasiat sang ayah, Sultan Abdul Aziz membangun masji dengan biayanya sendiri. Tidak sedikit para donatur berkenan untuk ikut membiayai proses pembangunan masjid.
Masjid yang penamaannya dinisbatkan pada nama Sultan Abdul Aziz ini di desain oleh seorang arsitektur berkebangsaan Jerman. Gaya arsitektur Masjid Azizi ialah perpaduan antara gaya Turki Utsmani dan India.
Peresmian Masjid Azizi dilangsungkan pada tahun 1902. Kapasitas jamaah di Masjid Azizi mencapai ribuan orang,
Kompleks Masjid Azizi juga dilengkapi dengan adanya menara masjid hingga perpustakaan. Menara masjid setinggi 35meter terletak di sisi depan sebelah kanan masjid, sementara perpustakaannya yang bernama Balai Pustaka Tengku Amir Hamzah terletak di sisi lainnya.
Pada masa itu sebagian besar bahan bangunan Masjid Azizi berasal dari luar negeri, salah satunya Italia. Marmer yang digunakan untuk lantai masjid ialah marmer asli Italia.
Pada bagian pintu masjid terbuat dari kayu jati, sementara pada bagian atapnya berbentuk kubah. Masjid Azizi juga dilengkapi dengan hiasan nuansa gotik khas Eropa berupa 16 buah jendela kaca bergambar.
Pada area kompleks masjid terdapat makam-makam bersejarah. Makam-makam tersebut terbagi dalam beberapa area diantaranya makam keluarga dan keturunan Kesultanan Langkat hingga pejuang-pejuang Islam di Langkat.
Madrasah Jam’iyah Mahmudiyah
Sultan Abdul Aziz juga membangun fasilitas pendidikan untuk rakyatnya. Kehadiran Madrasah Jam’iyah Mahmudiyah bahkan mampu bersaing dengan sejumlah sekolah umum milik pemerintah kolonial.
Ia mendirikan tiga lembaga pendidikan formal untuk mencerdaskan rakyatnya. Ada tiga madrasah yang berhasil dibangun oleh Sultan Abdul Aziz, Madrasah Al-Masrurah (1912), Madrasah Aziziah (1914) dan Madrasah Mahmudiyah (1921).
Ketiga madrasah ini pun digabung dan disatukan dalam lembaga pendidikan Madrasah Jam’iyah Mahmudiyah yang resmi digabung pada tahun 1923. Pada tahun tersebut lembaga pendidikan Kesultanan Langkat ini telah memiliki 22 kelas dan 12 asrama yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti aula, lapangan olahraga hingga kolam renang.
Keistimewaan madrasah era Kesultanan Langkat ialah para pengajarnya merupakan lulusan asing. Mereka adalah ulama-ulama yang sempat menimba ilmu di Mekah, Madinah hingga Mesir.
Kesultanan Langkat pun menjadi tujuan utama para pelajar asing dari berbagai penjuru Nusantara dan Melayu. Mereka datang dari Riau, Jambi, Tapanuli, Kalimantan Barat, Brunei dan Malaysia.
“Sekitar tahun 1930, santri yang belajar di perguruan ini sudah mencapai sekitar 2000 orang, dan mereka berasal dari berbagai daerah di Nusantara dan mancanegara,” ungkap Pagar dkk. dalam Sejarah Sosial Kesultanan Langkat.
Kampung Babussalam
Perkampungan Babussalam (Besilam-sekarang) merupakan perkampungan yang dibangun khusus untuk pusat pembelajaran Tarekat Naqsabandiyah. Wilayah ini sejak era Sultan Musa, telah menjadikan Langkat sebagai pusat penyebaran Tarekat Naqsabandiyah.
Semasa hidupnya Sultan Musa dikenal dekat dengan sejumlah ulama tarekat Naqsabandiyah. Diantaranya adalah Syekh Haji Muhammad Yusuf dan Syekh Abdul Wahab Rokan.
Pada tahun 1883, Syekh Abdul Wahab Rokan mulai membangun Perkampungan Babussalam di Tanjung Pura. Sejak saat itu Babussalam berkembang sebagai pusat pengajaran Tarekat Naqsabandiyah.
Kantor Pengadilan Kesultanan Langkat
Kantor Pengadilan Kesultanan Langkat ini merupakan upaya mewujudkan keadilan hukum bagi rakyat di Kesultanan Langkat. Kantor yang terdapat di Tanjung Pura dan bersebrangan dengan Masjid Azizi ini dibangun pada masa Sultan Abdul Aziz.
Gedung yang kini bernana Museum Daerah ini dalam sejarahnya banyak dimanfaatkan untuk berbagai perkantoran seperti Kantor Kerapatan (Pengadilan) Kesultanan Langkat, Gedung Hitam, Gedung Bina Pancasila, Gedung Puskesmas Sementara, Kantor Camat Tanjungpura Sementara, Kantor Pembantu Bupati Langkat Sementara, dan sejak tahun 2000 nama gedung tersebut menjadi Museum Daerah Kabupaten Langkat.
Penulis: Kukuh Subekti