ISLAMTODAY ID- Jumlah korban meninggal akibat melonjaknya harga bahan bakar dan pupuk di negara Andes mencapai lima orang setelah seorang pria tewas dalam bentrokan baru di Ica, sekitar 300 kilometer selatan Lima.
Pihak berwenang Peru mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah tanda bagaimana krisis energi global terkait dengan serangan di Ukraina memicu kerusuhan di negara-negara di seluruh dunia.
Kementerian Dalam Negeri Peru mengatakan pada hari Rabu (6/3) bahwa seorang pria berusia 25 tahun telah meninggal dan sedang diselidiki.
Sebuah serikat pekerja yang mewakili pekerja pertanian di kota Ica, Peru selatan, mengatakan pria itu tewas dalam bentrokan dengan polisi.
“Seorang pekerja pertanian yang ambil bagian dalam protes pemblokiran jalan tewas menyusul bentrokan dengan polisi sementara beberapa lainnya terluka,” ungkap pegawai sebuah rumah sakit, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (7/4).
“Lima belas orang terluka telah masuk, kami memiliki satu luka parah. Ada seorang warga sipil yang tewas akibat konflik,” ungkap Carlos Navea, direktur rumah sakit di Ica sekitar 300 kilometer selatan Lima, di Facebook.
Navea mengatakan 12 petugas polisi dan tiga warga sipil terluka.
Kekerasan itu terjadi sehari setelah Presiden Pedro Castillo membatalkan jam malam di Lima yang bertujuan untuk mengekang protes nasional terhadap kenaikan harga bahan bakar.
Dampak Konflik Rusia-Ukraina
Protes dipicu oleh kenaikan biaya bahan bakar dan pupuk karena sanksi terhadap Rusia yang menyerang Ukraina pada akhir Februari.
Kerusuhan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, mengguncang pemerintahan Presiden Castillo yang berhaluan kiri-tengah.
Pihak berwenang sedang berjuang untuk membuka blokir jalan raya utama yang penting untuk pasokan makanan di kota-kota terbesar di Peru.
Castillo juga menangkis seruan pengunduran dirinya dari oposisi dan beberapa surat kabar lokal yang berpengaruh.
Castillo, yang baru-baru ini selamat dari upaya pemakzulan kedua kurang dari satu tahun menjabat, pada Selasa (5/4) membatalkan jam malam wajib di Lima, ibu kota guna berusaha meredam protes setelah ribuan orang menentang perintah itu dan turun ke jalan.
Protes itu berubah menjadi kekerasan di malam hari dengan penjarahan dilaporkan di beberapa gedung pemerintah.
Konfederasi Umum Pekerja Peru – federasi serikat pekerja utama negara itu – telah menyerukan lebih banyak protes pada hari Kamis (7/4).
(Resa/TRTWorld)