(IslamToday ID) – Pemimpin oposisi Israel dan menteri kabinet perang Benny Gantz baru-baru ini melakukan perjalanan ke permukiman di utara. Dalam kunjungan tersebut ia memperingatkan para pemimpin komunitas pemukim untuk bersiap menghadapi hari-hari yang lebih sulit yang akan datang dalam perang dengan Hizbullah di perbatasan Lebanon.
“Saya percaya bahwa pemerintah Lebanon dan juga Hizbullah tidak menginginkan pecahnya perang skala besar, namun kita perlu menekannya (Hizbullah) pada saat ini sebelum semua orang melancarkan perang yang lebih luas,” kata Gantz seperti dikutip dari thecradle, Jumat (7/6/2024).
Dalam kunjungan itu, Gantz juga mengatakan kepada para pemimpin dewan pemukim di utara untuk tidak mengeluh tentang masa kini karena masa depan mungkin lebih bermasalah.
Tak lupa ia memperingatkan mereka untuk bersiap menghadapi pertempuran dan hari-hari yang lebih sulit yang dapat membawa mereka ke medan perang.
Peringatan Gantz muncul ketika penduduk pemukiman di utara dan para pemimpin mereka merasa sangat frustrasi atas kenyataan bahwa puluhan ribu orang masih tersebar di hotel dan apartemen di seluruh Israel, tanpa ada rencana untuk mengembalikan mereka ke utara oleh pemerintah yang mana menurut mereka, pemerintahh gagal melindungi mereka.
Peringatan pemimpin oposisi tersebut juga disampaikan dua hari sebelum batas waktu Gantz yang ditetapkan pada tanggal 8 Juni.
Saat ia menyatakan akan menarik diri dari kabinet perang kecuali ada rencana yang jelas dan komprehensif yang dirancang oleh pemerintah untuk mengatasi situasi di Gaza dan kembalinya tahanan Israel yang ditahan di strip.
Diberitakan sebelumnya, Hizbullah telah meningkatkan intensitas operasinya terhadap situs-situs militer Israel dalam beberapa hari terakhir, bertepatan dengan berlanjutnya pemboman di Lebanon selatan.
Serta meningkatnya ancaman Israel akan perang skala besar terhadap negara tersebut. Serangan pesawat tak berawak pada hari Rabu menewaskan sedikitnya satu tentara dan melukai sekitar sepuluh orang.
Menurut media Ibrani, para pembuat kebijakan di Israel khawatir akan meluasnya perang melawan Hizbullah dan mengatakan tentara tidak siap menghadapinya.
Media lain, Israel Ynet mengutip seorang pejabat militer pada akhir pekan yang mengatakan bahwa Hizbullah hanya menggunakan lima persen kemampuan militernya melawan Israel dalam operasinya saat ini, menggunakan pemukiman di utara dan lokasi tentara sebagai tempat uji coba melawan tentara Israel, dalam persiapan untuk serangan Israel. Yang disebut pertempuran yang nyata dan ekstensif.
Terpisah, analis Israel mengatakan bahwa melancarkan serangan skala besar terhadap Lebanon akan mendorong Hizbullah untuk menembakkan ribuan roket dan rudal presisi ke Israel setiap hari, yang mereka perkirakan akan menghancurkan sistem pertahanan udaranya.
“Kekacauan akan semakin parah ketika Hizbullah mengirimkan ratusan pasukan komando Radwan untuk merebut kota-kota dan desa-desa, serta pos-pos IDF di sepanjang perbatasan Lebanon,” demikian bunyi laporan terperinci yang dibuat oleh lembaga pemikir Israel pada bulan Februari.
Pada tahun 2012, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa para pejuang kelompoknya mampu merebut Galilea jika Israel memutuskan untuk berperang melawan Lebanon. [ran]