(IslamToday ID) – Korea Utara kembali menerbangkan ratusan balon pembawa sampah ke Korea Selatan setelah saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong memperingatkan Seoul untuk menghentikan siaran propaganda di perbatasan antara keduanya yang berisiki memicu krisis konfrontasi.
“Pyongyang mengirim lebih dari 300 balon berisi limbah melintasi perbatasan antar-Korea semalam,” kata militer Korea Selatan pada hari Senin, seperti dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (11/6/2024).
Pada kesempatan lain, Kepala Staf Gabungan (JCS) mengatakan balon terbaru hanya membawa kertas bekas dan plastik, tidak seperti balon sebelumnya yang membawa bahan tidak sehat seperti pupuk kandang, tisu toilet, dan puntung rokok.
Para pejabat militer mengatakan mereka tidak mendeteksi adanya balon yang melayang di udara pada pukul 08.30.
Dari pemberitaan media, Korea Selatan memulai kembali siaran melalui pengeras suara beberapa jam sebelumnya sebagai tanggapan terhadap Korea Utara yang mengirimkan lebih dari 1.000 balon pembawa sampah dalam beberapa minggu terakhir.
Siarannya di masa lalu mencakup berita internasional dan K-pop, yang keduanya dibatasi oleh rezim Kim.
“Ini adalah awal dari situasi yang sangat berbahaya,” kata Kim dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah pada hari Minggu.
Seoul sendiri telah menghentikan siaran tersebut pada tahun 2018 selama periode pemulihan hubungan antar-Korea yang diprakarsai oleh mantan Presiden Moon Jae-in, pendahulu petahana konservatif, Yoon Seok-yeol.
Di sisi lain, Pyongyang mengatakan pihaknya memulai kampanye balon tersebut sebagai pembalasan atas aktivis Korea Selatan yang mengirimkan selebaran anti-Korea Utara dan stik USB berisi musik dan drama Korea Selatan ke seberang perbatasan.
Leif-Eric Easley profesor studi internasional di Universitas Ewha Womans di Seoul mengatakan bahwa Seoul tidak menginginkan ketegangan militer di perbatasan antar-Korea. Sementara Pyongyang tidak ingin informasi dari luar mengancam legitimasi rezim Kim.
“Bagi kedua belah pihak, ‘meningkatkan eskalasi’ adalah proposisi yang berisiko. Korea Utara mungkin sudah salah perhitungan, karena demokrasi di Korea Selatan tidak bisa begitu saja menghentikan peluncuran balon LSM seperti yang diharapkan oleh otokrasi,” kata dia.
“Pyongyang terbiasa menggunakan taktik asimetris demi keuntungannya, namun dalam ruang informasi saat ini, mereka kalah dalam pesan-pesan kebebasan, kesuksesan ekonomi, dan K-pop,” tutupnya. [ran]