(IslamToday ID) – Hizbullah meluncurkan gelombang roket dan rudal sebagai pembalasan atas pembunuhan komandan tertinggi Talib Sami Abdallah pada Rabu (12/6/2024) dini hari. Membuat Ratusan pemukim Israel di wilayah utara yang terkepung melarikan diri ke tempat perlindungan bom.
“Sebagai bagian dari respons terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh musuh Zionis di kota Jwaya dan melukai warga sipil, para pejuang Perlawanan Islam menargetkan pabrik ‘Blasan’ untuk industri militer yang berspesialisasi dalam pembuatan lapis baja dan perlindungan mesin dan kendaraan. tentara musuh di pemukiman ‘Sasa’ dengan peluru kendali, langsung menyerang,” kata Hizbullah dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu pagi seperti dikutip dari thecradle, Kamis (13/6/2014).
Menurut media Israel, serangan balasan Hizbullah mencapai kota Tiberias dan sejauh ini melibatkan setidaknya 160 proyektil. Sirene roket terus bergemuruh hingga pagi hari di seluruh Israel utara ketika perlawanan Lebanon terus melancarkan gelombang serangannya.
Serangan Hizbullah yang sedang berlangsung di Israel utara disebut telah berhasil membuat kalang kabut tentara Israel dengan menghancurkan fasilitas intelijen penting.
Sebagai informasi, Abdallah, juga dikenal sebagai Abu Thalib, tewas dalam pemboman Israel di kota Jwaya, Lebanon selatan, yang mengakibatkan total 4 orang tewas.
Laporan lokal mengidentifikasi Abu Thalib sebagai komandan lapangan Hizbullah berpangkat tertinggi yang dibunuh oleh Israel sejak 7 Oktober.
Pembunuhan terhadap Abu Thalib, komandan perlawanan, di Lebanon terjadi hanya satu hari setelah serangan udara Israel menghantam Distrik Hermel di timur laut Lebanon dalam apa yang digambarkan sebagai serangan terdalam di negara tersebut sejak dimulainya perang.
Hizbullah dan Israel telah saling baku tembak sejak 8 Oktober, satu hari setelah perang genosida di Gaza dimulai. Israel secara rutin mengancam akan menyerang Lebanon setelah serangan Hizbullah berhasil menghancurkan infrastruktur militer Israel yang signifikan dan memaksa evakuasi sebagian besar pemukim dari wilayah perbatasan.
Banyak yang menyatakan bahwa mereka tidak akan kembali ke pemukiman di utara bahkan setelah perang berakhir, sehingga mengancam upaya Israel untuk menjajah wilayah utara lebih jauh. [ran]