(IslamToday ID) – Israel menegaskan tidak akan menerima perubahan apa pun mengenai proposal perjanjian gencatan senjata di Gaza di saat Hamas meminta untuk diubah.
“Tidak akan ada perundingan dengan garis besar selain yang diterima oleh Dewan Keamanan PBB,” kata seorang perunding senior Israel kepada surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth pada 18 Juni yang dikutip dari thecradle, Rabu (19/6/2024).
Dia mengatakan bahwa tanggapan Hamas terhadap usulan tersebut merupakan penolakan total terhadap proposal gencatan senjata. Seraya memperingatkan bahwa Israel akan melanjutkan perang genosida di Gaza bahkan setelah berakhirnya operasi di kota paling selatan Rafah.
Tel Aviv sebelumnya mengklaim bahwa Rafah adalah benteng terakhir Hamas dan menyerang kota tersebut adalah kunci kemenangannya dalam perang tersebut.
“Jika Hamas berpikir bahwa setelah operasi di Rafah berakhir, maka pertempuran akan berakhir – mereka akan kecewa. Israel akan terus melakukan kampanye militer yang kuat dan efektif. Tentara telah mempersiapkan kelanjutan operasi bahkan setelah pertempuran di Rafah berakhir, dan Israel akan tetap berada di Gaza,” lanjut perunding tersebut.
Pernyataan ini muncul ketika Israel belum secara terbuka mendukung proposal terbaru tersebut. Proposal yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden pada akhir Mei dan didukung oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB pekan lalu. Biden mengatakan pada tanggal 31 Mei bahwa Israel telah menyetujui proposal tersebut.
Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menegaskan bahwa Israel tidak akan menghentikan perang sampai Hamas dikalahkan dan tujuan perang tercapai.
Sementara, Hamas mengumumkan pada 11 Juni bahwa mereka memberikan tanggapannya kepada mediator terhadap proposal tersebut.
Juru bicaraHamas, Jihad Taha, mengatakan Hamas telah meminta amandemen yang mengkonfirmasi gencatan senjata, penarikan, rekonstruksi dan pertukaran (tahanan).
Dalam tanggapannya, Hamas menentang klausul yang memberikan hak veto kepada Israel atas nama-nama tahanan Palestina yang akan ditukar dengan tawanan Israel.
Mereka juga dilaporkan menuntut pengalihan proses rekonstruksi ke tahap pertama, bukan tahap ketiga, serta kepatuhan penuh terhadap gencatan senjata permanen pada tahap pertama dan bukan tahap kedua.
Sebagai inromasi, proposal yang diumumkan pada tanggal 31 Mei menyerukan penghentian sementara permusuhan selama 42 hari, yang kemudian akan diikuti dengan perundingan terbuka untuk gencatan senjata permanen – sesuatu yang menurut Hamas tidak dapat diterima karena tidak menjamin berakhirnya perang.
Dokumen tersebut mengatakan gencatan senjata sementara dapat diperpanjang selama negosiasi mengenai persyaratan tahap kedua perjanjian masih berlangsung.
Hamas juga menyerukan penghapusan blokade Israel yang telah berlangsung selama 18 tahun di Gaza, termasuk membuka penyeberangan perbatasan, memberikan kebebasan bergerak bagi masyarakat, dan mengangkut barang di dalam wilayah kantong yang hancur tersebut tanpa batasan.
Namun, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken justru menuduh Hamas menunda kesepakatan dengan meminta perubahan.
“Tidak ada amandemen signifikan yang, menurut pimpinan Hamas, memerlukan penolakan,” kata pemimpin Hamas yang tidak disebutkan namanya itu kepada Reuters pada saat itu. [ran]