(IslamToday ID) – Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengerahkan pasukan polisi ke Gaza untuk mengamankan pendistribusian makanan yang selama ini selalu terhambat persoalan kemanan.
“Jika kami diminta oleh badan terkait untuk membantu, tentu kami akan melakukan yang terbaik,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian Jean-Pierre Lacroix seperti dikutip dari TRT World, Kamis (27/6/2024).
Pernyataan tersebut merujuk pada banyaknya masalah terkait distribusi bantuan di Gaza, Lacroix mencatat bahwa insiden penjarahan telah meningkat secara signifikan.
Dirinya lantas menekankan perlunya mencari solusi atas permasalahan tersebut, dengan mengatakan bahwa melibatkan pihak ketiga bisa menjadi salah satu pilihan.
Sebelumnya, PBB mengatakan pihaknya belum bisa menggunakan satu jalan yang disetujui Israel untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah selatan Gaza yang terkepung karena meningkatnya aktivitas kriminal dan pembantaian Israel di dekatnya.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan bahwa otoritas Israel terus membatasi penggunaan jalan alternatif menuju rute yang ditentukan dari Karem Abu Salem yakni satu-satunya jalur bantuan operasional dari Israel ke Gaza selatan ke jalan raya Salah a-Din, jalan utama utara-selatan.
“Jalan yang diperintahkan untuk kami gunakan untuk mengakses Kerem Shalom kini tidak aman bagi kami karena meningkatnya aktivitas kriminal, jadi kami belum bisa menggunakan jalan tersebut,” kata dia.
Selama lebih dari delapan bulan, militer Israel telah melakukan pengepungan ketat di Jalur Gaza, sehingga membatasi aliran makanan penting dan barang-barang medis yang dapat menyelamatkan jiwa.
Pengepungan bahkan lebih ketat lagi di Gaza utara, sebuah wilayah yang Israel coba kosongkan dari lebih dari satu juta penduduknya pada awal perang pada bulan Oktober.
Seiring dengan pemboman tanpa henti dan penargetan rumah sakit yang disengaja, dan sebagai bagian dari kebijakan yang merupakan hukuman kolektif terhadap warga sipil, militer Israel telah menggunakan kelaparan penduduk sebagai senjata perang, menurut penyelidik independen PBB.
Krisis kelaparan mencapai puncaknya pada bulan Maret, dengan puluhan anak meninggal karena kekurangan gizi dan penduduk terpaksa makan rumput ketika pasukan Israel berulang kali membunuh orang-orang yang mencari bantuan.
Di bawah tekanan internasional yang meningkat, Israel sedikit meningkatkan akses pangan di beberapa daerah setelah pasukannya membunuh beberapa pekerja bantuan asing dan sebuah laporan yang didukung PBB memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi.
Namun, warga mengatakan pihak berwenang Israel kini kembali membatasi pengiriman makanan untuk menyelamatkan jiwa, mengembalikan kondisi ekstrem yang dialami pada bulan Maret, yang menyebabkan kematian sedikitnya empat anak akibat kekurangan gizi pada minggu lalu. [ran]