(IslamToday ID) – Misi militer Rusia menyebut eskalasi hubungan AS dan Rusia akan semakin meningkat usai Moskow menuduh AS telah menerbangkan armada angkatan udaranya tanpa permisi di wilayah udara Suriah.
“Dengan tidak memberikan informasi kepada misi Rusia mengenai rencana penerbangannya, aliansi tersebut menciptakan risiko insiden udara dan meningkatkan ketegangan di wilayah udara Suriah,” demikian sebut misi militer Rusia pemberitaan media pada Kamis (27/6/2024),
Rusia mengklaim bahwa pihaknya telah bertindak profesional dengan menghindari tabrakan.
“Pilot Rusia menunjukkan profesionalisme yang tinggi dan mengambil tindakan yang diperlukan tepat waktu untuk menghindari tabrakan,” kata juru bicara militer.
Peristiwa tersebut, klaim Rusia, adalah satu dari sembilan pelanggaran protokol dekonfliksi yang dilakukan oleh “koalisi teroris” hanya dalam waktu 24 jam, menurut pernyataan itu.
Protokol tersebut ditandatangani pada tahun 2019 dengan tujuan untuk menghindari insiden.Lebih lanjut, militer Rusia mengaku keberadaannya di negara tersebut atas undangan pemerintah Suriah pada tahu 2015 untuk membantu menghadapi kelompok jihad yang mencoba menggulingkan pemerintahan.
Sementara pasukan AS bersikeras keberadaan militer mereka di Suriah diperlukan untuk mencegah ISIS, sebuah organisasi teroris yang dulunya kuat, untuk bangkit kembali.
Diketahui papasan antara pesawat jet Rusia dengan sejumlah drone pengintai AS tidak hanya terjadi sekali. Sebut saja insiden di provinsi Homs, di mana sebuah drone MQ-9 Reaper terbang sangat dekat dengan pesawat serang Su-34.
Laporan lain menyusul rumor yang beredar online, yang mengklaim bahwa AS telah kehilangan drone pengintai Global Hawk di Laut Hitam setelah bertemu dengan jet pencegat MiG-31 Rusia.
Ada pula insiden yang melibatkan jet F-15, F-16 dan Rafale yang diterbangkan oleh pasukan koalisi di dekat Al-Tanf, pangkalan AS di Suriah tenggara dekat perbatasan Yordania dan Irak. [ran]