(IslamToday ID) – Lebanon sebut negaranya berada dalam keadaan perang karena ancaman dan agresi dari Israel dan meningkatnya aksi saling serang antara kelompok Hizbullah dan Israel.
“Ancaman yang kita lihat adalah semacam perang psikologis. Pertanyaan yang ada di benak setiap orang adalah ‘Apakah ini perang?’ Ya, kita sedang dalam keadaan perang. Akibat agresi Israel, ada banyak korban sipil dan non-sipil serta desa-desa yang hancur,” kata Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati pada Sabtu, dikutip dari Sputnik.
Pada tanggal 18 Juni, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui rencana operasional untuk melakukan serangan di Lebanon.
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan bahwa Israel sangat dekat dengan keputusan untuk mengubah aturan terhadap Hizbullah dan Lebanon dengan mengancam akan menghancurkan gerakan tersebut dalam perang habis-habisan dan memukul keras Lebanon.
Sementara Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, tegas mengatakan bahwa gerakan tersebut dapat menyerang Israel utara jika konfrontasi semakin meningkat.
Di sisi lain, otoritas AS sedang menggodok berbagai opsi untuk menyelesaikan konflik antara Israel dan Lebanon, The Washington Post melaporkan pada Sabtu.
“Para pejabat AS berusaha meredakan ketegangan antara Israel dan Hizbullah, sementara gerakan tersebut mengatakan mereka tidak akan mundur sampai Israel mengakhiri serangan daratnya di Gaza, kata laporan itu. Meskipun para pejabat AS mengakui tuntutan Hizbullah, mereka juga berupaya mencari opsi cadangan untuk deeskalasi,” tambah laporan itu mengutip sumber.
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah dimulainya operasi militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan pejuang Hizbullah Lebanon saling menembaki posisi satu sama lain di daerah sepanjang perbatasan setiap hari.
Kementerian Luar Negeri Lebanon mengatakan bahwa sekitar 100.000 orang harus meninggalkan rumah mereka di daerah perbatasan, sementara Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa 80.000 warga Israel harus melakukan hal yang sama. [ran]