(IslamToday ID) – Kelompok pejuang Palestina Hamas menyebut Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu sengaja mencegah penyelesaian gencatan senjata dan proposal pertukaran tahanan – sandera dengan menetapkan syarat baru selama negosiasi pada Kamis dan Jumat (15-16/8/2024) di Doha.
“Usulan baru tersebut memenuhi persyaratan Netanyahu dan sejalan dengannya, khususnya penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan dari Jalur Gaza, dan desakannya untuk melanjutkan pendudukan di Persimpangan Netzarim (yang memisahkan utara dan selatan Jalur Gaza), penyeberangan Rafah, dan Koridor Philadelphia (di selatan),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari TRT World, Senin (19/8/2024).
“Dia juga menetapkan persyaratan baru dalam berkas pertukaran sandera dan menarik kembali persyaratan lainnya, yang menghambat penyelesaian kesepakatan,” lanjut pernyataan tersebut.
Menyusul putaran perundingan terkini di Doha, Hamas menegaskan sekali lagi bahwa Netanyahu masih menempatkan hambatan-hambatan dalam upaya mencapai kesepakatan, dengan menetapkan syarat-syarat dan tuntutan-tuntutan baru untuk menyabotase upaya-upaya mediator dan memperpanjang perang.
Gerakan tersebut menekankan kembali komitmennya terhadap apa yang disepakati pada 2 Juli, berdasarkan proposal yang didukung oleh Presiden AS Joe Biden dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kelompok tersebut meminta para mediator untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan memaksa pendudukan (Israel) untuk melaksanakan apa yang telah disepakati.
Diketahui, pembicaraan gencatan senjata di Doha berakhir pada hari Jumat setelah mengajukan proposal yang mempersempit kesenjangan antara Israel dan Hamas yang konsisten dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Biden pada tanggal 31 Mei.
Pada Mei lalu Biden mengatakan bahwa Israel mengajukan kesepakatan tiga tahap yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan menjamin pembebasan sandera yang ditawan di daerah kantong pantai tersebut. Rencana tersebut mencakup gencatan senjata, pertukaran tahanan-sandera, dan pembangunan kembali Gaza.
Namun rencana itu menjadi kacau bulan lalu ketika Israel membunuh pemimpin politbiro Hamas Ismail Haniyeh saat ia berada di Teheran untuk pelantikan presiden Iran.
Biden mengatakan pembunuhan yang tampak itu tidak membantu upaya gencatan senjata, dan perundingan pun terhenti total. Pembunuhan itu terjadi beberapa jam setelah Israel membunuh seorang komandan tinggi Hizbullah dalam sebuah serangan di Beirut.
Perdana Menteri Israel Netanyahu juga telah menggagalkan segala upaya menuju gencatan senjata. Sementara kritikus Netanyahu mengatakan ia memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya sendiri.
Mitra koalisi sayap kanannya diketahui telah berulang kali mengeluarkan ancaman akan menggulingkan pemerintah jika Netanyahu menyetujui gencatan senjata, yang dapat memicu pemilihan umum yang dapat menggulingkannya dari kekuasaan. [ran]