(IslamToday ID) – Kunjungan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida ke Korea Selatan awal bulan ini menciptakan beberapa gelombang kecil. Tidak ada pengumuman besar yang dibuat, dan kedua pemimpin berjanji untuk terus memperkuat hubungan. Di Korea Selatan, Partai Demokrat oposisi mengecam pemerintahan Yoon Suk-yeol, menuduhnya “merusak kepentingan nasional dengan diplomasi yang tunduk kepada Jepang.”
Lantas, mengapa kunjungan ini terjadi? Sebagian besar analis menunjuk keinginan Kishida untuk memperkuat warisannya setelah memutuskan tidak mencalonkan diri lagi sebagai presiden Partai Demokrat Liberal (LDP) konservatif yang berkuasa. Keputusan ini memicu persaingan yang sangat ketat untuk memilih pemimpin partai baru yang juga akan menjadi perdana menteri.
Di antara sembilan kandidat yang bersaing dalam pemilihan pada 27 September, beberapa analis menunjukkan bahwa pertemuan puncak di Seoul mungkin menunjukkan kekhawatiran Kishida terhadap keberlanjutan kemajuan dalam hubungan Korea-Jepang. Namun, dalam perdebatan kebijakan, hampir tidak ada perhatian terhadap Korea Selatan, dengan fokus lebih pada masalah domestik seperti korupsi politik dan kebijakan ekonomi makro.
Sementara beberapa kandidat mendukung kebijakan luar negeri Kishida, polling menunjukkan bahwa kandidat terkuat, seperti Shinjiro Koizumi dan Sanae Takaichi, memiliki pandangan yang mungkin memperburuk hubungan dengan Korea. Misalnya, keduanya rutin mengunjungi Kuil Yasukuni, tindakan yang sering menimbulkan kemarahan di Korea dan protes resmi.
Di sisi lain, kandidat seperti Shigeru Ishiba dipandang lebih positif untuk hubungan Korea-Jepang, karena pengakuannya atas kesalahan kolonial Jepang di Korea. Meski demikian, pemilihan ini menambah ketidakpastian terhadap masa depan hubungan Korea-Jepang di tengah tekanan geopolitik yang semakin intens.[sya]