(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyatakan bahwa Turki sedang memantau dengan cermat kebijakan ekspansi dan perkembangan proses dalam BRICS. Sebelumnya, Penasihat Presiden Rusia, Yury Ushakov, mengungkapkan bahwa jumlah negara yang ingin bekerja sama dengan BRICS, baik dalam bentuk kemitraan atau keanggotaan, telah mencapai 34 negara. Ushakov juga mengonfirmasi bahwa Turki telah mengajukan permohonan untuk partisipasi penuh di BRICS, dan aplikasi tersebut sedang dipertimbangkan. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, menyebutkan bahwa Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, akan berpartisipasi dalam KTT BRICS di Kazan.
“Kami telah menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS… Anda membuat deklarasi niat. Setelah deklarasi ini, jika melihat mekanisme BRICS saat ini, mereka akan mengundang Anda untuk menjadi negara mitra atau negara anggota, kemudian Anda membuat keputusan… Kami melihat minat yang besar dari negara-negara untuk bergabung [dengan BRICS], kami memantau ini dengan cermat, kami memiliki kontak dengan mereka, kami juga melihat strategi pertumbuhan berikutnya… Dalam kondisi di mana kemitraan ekonomi semakin berkembang, minat terhadap BRICS semakin meningkat,” kata Fidan dalam wawancara dengan saluran TV Turki, HaberGlobal.
KTT BRICS yang melibatkan para kepala negara akan berlangsung di kota Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober mendatang. BRICS merupakan asosiasi antar pemerintah yang dibentuk pada tahun 2006. Rusia mengambil alih kepemimpinan BRICS sejak 1 Januari 2024. Pada tahun ini, selain Rusia, Brazil, India, China, dan Afrika Selatan, BRICS juga menyambut anggota baru yaitu Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Kepresidenan BRICS oleh Rusia difokuskan untuk memperkuat multilateralisme demi pembangunan dan keamanan global yang adil. Sebagai bagian dari kepemimpinan tersebut, Rusia mengadakan lebih dari 200 acara politik, ekonomi, dan sosial.
Keterlibatan Turki dalam Mediasi Konflik Ukraina
Fidan juga menyebutkan bahwa Tiongkok dan Brasil tertarik mengikutsertakan Turki dalam “platform perdamaian” terkait konflik Ukraina. Pada akhir September, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengumumkan bahwa China, Brasil, dan negara-negara Global Selatan lainnya berniat membentuk platform terbuka “Sahabat Perdamaian” untuk menyelesaikan krisis Ukraina.
“China dan Brasil kini bersatu dan membentuk platform perdamaian terkait Ukraina yang terdiri dari enam negara. Mereka tertarik mengikutsertakan kami dalam proses ini,” ujar Fidan dalam wawancara dengan saluran TV Haber Global.
Pada bulan Mei, China dan Brasil menerbitkan dokumen berjudul “Kesepahaman Bersama Antara China dan Brazil tentang Penyelesaian Politik Krisis Ukraina” setelah pertemuan antara Wang Yi dan penasihat presiden Brazil, Celso Amorim, di Beijing. Dalam dokumen tersebut, kedua negara menegaskan bahwa dialog dan negosiasi adalah satu-satunya solusi yang layak untuk krisis Ukraina dan menyatakan dukungan terhadap konferensi perdamaian internasional yang diakui oleh Moskow dan Kiev.[sya]