(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut rencana kemenangan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menunjukkan bahwa Ukraina akan menyerahkan sumber daya alamnya kepada sekutu Barat dengan imbalan senjata dan mengubah tentara Ukraina menjadi perusahaan militer swasta.
“Zelensky, dalam poin-poin ini, berbicara sangat terselubung tentang sisi ekonomi dari masalah ini. Menurut kebocoran tersebut, lampiran rahasia… menetapkan bahwa ia siap untuk menempatkan semua sumber daya alam Ukraina di bawah pengelolaan para penguasa Baratnya , menyerahkan kendali atas sumber daya tersebut, yang secara efektif berarti menjual Ukraina,” kata Lavrov seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (19/10/2024).
“Beberapa kebocoran menunjukkan bahwa tujuan utama Zelensky adalah mendapatkan senjata apa pun yang terjadi,” imbuh Lavrov.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa negara-negara Barat telah memperjelas bahwa ini adalah skenario yang tidak dapat diterima yang meningkatkan risiko bagi Barat.
“Menurut kebocoran tersebut, yang juga disertai dengan lampiran rahasia, tentara Ukraina akan siap untuk membela Eropa dan mengerahkan tentaranya berdasarkan kontrak…bahkan mungkin menggantikan kontingen AS yang sudah berada di Eropa setelah menang. Jadi, di satu sisi, [ Zelensky ] menjual semua tanah dan barang berharga yang dimilikinya, dan di sisi lain, menawarkan negaranya sebagai perusahaan militer swasta,” kata Lavrov.
Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menepis rencana kemenangan Zelensky sebagai serangkaian slogan yang tidak masuk akal yang akan mendorong NATO ke dalam konflik langsung dengan Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Rabu bahwa konflik akan berakhir ketika Kiev menyadari kesia-siaan kebijakannya.
Seperti diketahui, Zelensky menyampaikan rencana tiga poin, yang juga mencakup tiga tambahan rahasia, di parlemen pada hari Rabu. Ia mengusulkan agar sekutu mengundang Ukraina untuk bergabung dengan NATO, mencabut pembatasan serangan jauh ke Rusia, dan mengerahkan paket pencegahan non-nuklir yang komprehensif di wilayah Ukraina untuk membendung Rusia. Rencana tersebut membayangkan berakhirnya konflik paling lambat tahun 2025. [ran]