(IslamToday ID) – Citra satelit baru yang dianalisis oleh lembaga pemikir Inggris mengungkap apabila China sedang mengembangkan salah satu Kepulauan Paracel yang disengketakan menjadi pangkalan intelijen utama di bagian utara Laut Cina Selatan.
Laporan baru oleh Chatham House yang dikutip dari Radio Free Asia (RFA), Sabtu (19/10/2024) menemukan bahwa Beijing telah membangun sistem radar baru yang besar di Triton, pulau paling barat dan paling selatan di kepulauan Paracel, kurang dari 250 kilometer (155 mil) dari pantai Vietnam.
“Fasilitas radar yang ditingkatkan pada Triton akan memberikan tantangan bagi pesaing China di kawasan dan internasional,” kata laporan itu.
“Citra satelit yang disediakan oleh perusahaan AS Maxar Technologies dan dianalisis oleh penulis laporan menunjukkan perkembangan yang mencolok dari sistem radar canggih yang dikenal sebagai SIAR, atau radar impuls dan aperture sintetis, yang konon mendeteksi pesawat siluman,” lanjut laporan itu.
SIAR dicirikan oleh bentuk oktagonalnya yang khas, mirip dengan yang dibangun militer China pada tahun 2017 di Subi Reef di kepulauan Spratly.
Beberapa struktur lain di Triton telah diidentifikasi sebagai menara radar, yang saat ini sedang dibangun, dan fasilitas untuk menyimpan dan meluncurkan rudal antikapal atau radar portabel.
“Sistem radar di Triton adalah yang terbaru dalam jaringan setidaknya tiga radar anti-siluman, termasuk yang ada di pulau Subi dan Hainan, dan akan secara signifikan meningkatkan kemampuan penyadapan sinyal dan peperangan elektronik Tiongkok di seluruh kepulauan Kepulauan Paracel yang disengketakan dan menambah jaringan pengawasan yang lebih luas yang mencakup sebagian besar Laut Cina Selatan,” kata laporan itu lagi.
Menurut Michael Dahm, seorang peneliti senior di US Mitchell Institute for Aerospace Studies mengatakan karena radar SIAR tidak dapat melihat lengkungan Bumi, radar di Triton, yang memantau area di antara radar yang dicakup oleh dua radar lainnya, akan membantu menutup celah pengawasan antara Subi Reef dan Pulau Hainan dan memberikan cakupan radar anti-siluman yang berdekatan bagi China di Laut Cina Selatan.
Peneliti tersebut menyebut Vietnam akan menjadi negara pertama yang merasakan dampaknya, dengan laporan yang memprediksi bahwa struktur intelijen di Triton akan secara signifikan mengurangi kapasitas negara tersebut untuk beroperasi tanpa terdeteksi di wilayah tersebut.
“Bersamaan dengan radar yang ada pada Triton yang dapat mendeteksi kapal laut, Beijing kini memiliki potensi untuk melacak pergerakan udara Vietnam dan memperoleh peringatan dini mengenai manuver Hanoi di wilayah tersebut, termasuk upaya untuk mengakses deposit minyak dan gas,” katanya.
Sementara, Analis Chatham House Bill Hayton menyarankan bahwa perkembangan baru di Triton mungkin merupakan peringatan bahwa Tiongkok berencana untuk melakukan ekspedisi pengeboran lagi.
Sebagai informasi, Vietnam dan Taiwan juga mengklaim kedaulatan atas Kepulauan Paracel tetapi Tiongkok mengendalikan seluruh rangkaian pulau tersebut setelah merebutnya dari pemerintah Vietnam Selatan pada tahun 1974. Penempatan platform pengeboran oleh Beijing di dekat pulau Triton pada bulan Mei 2014 menyebabkan kebuntuan serius dengan Hanoi dan memicu gelombang protes anti-Tiongkok yang belum pernah terjadi sebelumnya di Vietnam.
Pulau Triton, yang disebut Zhongjian Dao dalam bahasa Mandarin, juga berfungsi sebagai titik dasar yang digunakan Tiongkok untuk menarik garis dasar lurus guna mengklaim perairan teritorialnya di sekitar Kepulauan Paracel. Pengadilan arbitrase PBB pada tahun 2016 menolak klaim ini dan Amerika Serikat menantangnya dengan operasi kebebasan navigasinya di wilayah tersebut. [ran]