(IslamToday ID) – Komandan Brigade Lapis Baja 401 Israel, Kolonel Ehsan Daqsa, tewas dalam pertempuran di Gaza utara pada Minggu, menurut pernyataan militer Israel.
Kolonel Ehsan Daqsa, yang berusia 41 tahun, gugur setelah tanknya dan satu tank lainnya terkena perangkat peledak selama operasi militer di kamp pengungsi Jabalia.
Insiden tersebut juga menyebabkan seorang tentara Israel lainnya terluka parah.
Daqsa digambarkan oleh media Israel sebagai salah satu perwira tertinggi yang tewas sejak perang di Gaza dimulai lebih dari setahun yang lalu. Dia mulai menjabat sebagai komandan Brigade 401 pada bulan Juni.
Kolonel berusia 41 tahun ini berasal dari Daliyat al-Karmel, sebuah kota Druze di distrik Haifa, Israel. Dia bergabung dengan korps lapis baja Israel pada tahun 2001.
Haaretz melaporkan bahwa Daqsa dianggap sebagai komandan lapangan yang menonjol dalam militer Israel. Selama Perang Lebanon 2006, Daqsa memimpin pasukan lapis baja independen di bawah Brigade Parasut.
Militer Israel telah merilis nama lebih dari 750 tentaranya yang tewas sejak perang dimulai pada Oktober tahun lalu, termasuk lebih dari 350 yang gugur dalam operasi darat di Gaza.
Setidaknya 43 tentara Israel tewas dalam serangan dan operasi darat di front utara yang berbatasan dengan Lebanon.
Krisis Kemanusiaan di Gaza
Lebih dari 42.500 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas di Gaza sejak perang dimulai, sementara lebih dari 99.000 lainnya terluka selama periode tersebut.
Pada Sabtu malam, lebih dari 87 orang tewas atau hilang di bawah reruntuhan setelah serangan mematikan Israel di area pemukiman di Beit Lahiya, Gaza utara, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Koordinator khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, menyebutkan bahwa “pemandangan mengerikan” terjadi di Beit Lahiya, Gaza, dan menegaskan bahwa “tidak ada tempat yang aman di Gaza”.
“Di Beit Lahiya tadi malam, puluhan orang dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel,” katanya.
“Perang ini harus diakhiri. Para sandera yang ditahan oleh Hamas harus dibebaskan, pengusiran warga Palestina harus dihentikan, dan warga sipil harus dilindungi di mana pun mereka berada.”
Serangan tersebut terjadi ketika pengepungan Israel di Jabalia memasuki minggu ketiga, tanpa adanya pasokan makanan atau air bersih yang masuk ke kamp tersebut.
Mohammed al-Hajjar, koresponden Middle East Eye di Gaza, melaporkan bahwa militer Israel menargetkan “setiap tempat di mana ada pergerakan” di Jabalia. Dia juga menambahkan bahwa banyak orang terjebak di dalam rumah mereka, mengalami kelaparan dan kehausan.
Konferensi Pemukim Israel di Dekat Perbatasan Gaza
Sementara itu, kelompok pemukim ilegal Israel mengadakan konferensi di dekat perbatasan dengan Gaza, dengan militer Israel mengizinkan mereka mendirikan tenda untuk perayaan festival Yahudi Sukkot.
Haaretz melaporkan bahwa konferensi bertajuk “Mempersiapkan Pemukiman Kembali di Gaza,” yang diselenggarakan oleh Gerakan Permukiman Nachala yang mendirikan permukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, mendirikan 50 tenda sukkah dan berencana untuk bermalam di sana pada Minggu malam.
Tenda-tenda tersebut didirikan di area militer tertutup dekat Kibbutz Be’eri.
Nachala mengatakan pekan lalu bahwa konferensi tersebut “tidak hanya direncanakan sebagai konferensi teoretis, tetapi sebagai latihan praktis dan persiapan nyata untuk pemukiman kembali di Gaza.”
“Kembalinya pemukiman di Gaza bukan lagi sekadar gagasan, tetapi sebuah langkah yang saat ini berada di tahap lanjut dengan dukungan pemerintah dan publik,” tambahnya.[sya]