(IslamToday ID) –Outlet pro-pemerintah Iran di Telegram, Middle East Spectator, yang berbasis di Teheran, membocorkan dua dokumen intelijen sensitif pekan lalu. Dokumen-dokumen tersebut berasal dari US National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) dan mengungkap persiapan Israel untuk membalas serangan rudal Iran.
Middle East Spectator mengklaim bahwa dokumen tersebut diterima dari “sumber yang mengetahui dari komunitas intelijen Amerika Serikat (AS)” dan kemudian diperjelas bahwa sumber tersebut berasal dari Departemen Pertahanan AS. Namun, mengingat ketatnya kontrol informasi di Iran, bocoran ini diduga telah mendapatkan izin dari pemerintah Teheran.
Salah satu dari dua dokumen tersebut memiliki klasifikasi di atas top secret dan diberi label NOFORN, yang berarti dokumen ini tidak boleh dibagikan kepada pemerintah asing. Hal ini memperkuat klaim bahwa bocoran tersebut berasal dari orang atau organisasi di AS, mengingat dokumen ini tidak dibagikan dengan sekutu, seperti kelompok Five Eyes. Dokumen ini juga memuat detail tentang latihan besar-besaran yang dilakukan Israel pada 15-16 Oktober, serta senjata yang akan digunakan dan target yang disiapkan.
Selain itu, dokumen ini mengungkap persiapan Angkatan Udara Israel dengan menggunakan sistem rudal ROCKS dan Golden Dawn, serta peluncur rudal F-15I. Bahkan disebutkan bahwa pesawat tempur F-35 “Adir” Israel tidak akan digunakan dalam serangan ini.
Dokumen lain yang kurang rahasia membahas rudal balistik jarak menengah Jericho II milik Israel, yang dianggap sebagai bagian penting dari sistem pencegahan nuklir Israel. Jericho II adalah rudal berbahan bakar padat yang dapat diluncurkan dari silo atau kendaraan transporter-erector-launcher (TEL). Bocoran ini menunjukkan bahwa Israel mungkin telah menyebarkan rudal-rudal ini untuk mencegah mereka dihancurkan oleh Iran.
Bocoran ini berdampak signifikan pada rencana Israel dan menguntungkan Iran dalam mempersiapkan pertahanannya. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa pemerintah Iran mungkin membocorkan informasi ini untuk memperingatkan Israel bahwa rencana mereka diketahui, sehingga dapat menghalangi serangan yang tidak diinginkan Teheran. Selain itu, bocoran ini juga mungkin bertujuan untuk menunjukkan bahwa Iran mendapatkan informasi rahasia dari Amerika Serikat.
Tepat sehari setelah bocoran ini dipublikasikan pada 18 Oktober, terjadi serangan drone yang diduga berasal dari Hezbollah di rumah pribadi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Caesarea. Serangan ini memerlukan intelijen yang canggih untuk dapat mengenai target secara akurat, yang menunjukkan adanya persiapan intelijen yang signifikan.
Kebocoran informasi ini mengakibatkan kekhawatiran baru bagi Israel, yang mungkin mulai mempertanyakan keandalan intelijen AS. Israel harus mengevaluasi ulang operasinya di kawasan, termasuk tindakan terhadap proxy Iran di Laut Merah, Gaza, Lebanon, dan Suriah. Hingga kini, investigasi atas kebocoran ini sedang dilakukan oleh otoritas AS, yang mencakup penelusuran data digital dan identifikasi pihak yang mungkin terlibat. Namun, belum jelas apakah kebocoran ini terjadi karena peretasan atau tindakan pihak tertentu di dalam pemerintahan AS.
Dampak dari kebocoran ini dapat merubah dinamika keamanan di kawasan, serta mempengaruhi keputusan strategis Israel dan hubungan dengan Amerika Serikat. Israel harus mempertimbangkan langkah berikutnya dengan hati-hati, termasuk apakah perjanjian untuk tidak menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran akan tetap berlaku atau tidak.[sya]