(IslamToday ID) – Korban tewas akibat serangan Israel di kota kuno Palmyra, Suriah, pada 20 November, meningkat tajam pada 21 November. Media resmi Suriah melaporkan 36 kematian, sementara pengamat perang yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), mencatat hampir 80 korban jiwa.
Menurut SOHR, serangan udara Israel tersebut menewaskan 79 orang, termasuk 53 anggota milisi yang didukung Iran, 22 non-Suriah – mayoritas dari gerakan perlawanan Irak Nujaba – dan empat anggota Hizbullah dari Lebanon. Media resmi Suriah, SANA, menyebutkan serangan terjadi sekitar pukul 13.30 waktu setempat, diluncurkan dari wilayah pangkalan militer AS di Al-Tanf, menyebabkan 36 orang tewas, lebih dari 50 luka-luka, serta kerusakan parah pada bangunan di sekitar Palmyra.
Sputnik melaporkan bahwa beberapa korban berasal dari pasukan tambahan militer Suriah. Israel diduga melancarkan serangan ini dari wilayah udara pangkalan militer Al-Tanf milik AS, yang sering dituduh menjadi tempat pelatihan kelompok ekstremis.
Israel belakangan ini meningkatkan serangan udara ilegalnya di Suriah, terutama di perbatasan Suriah–Lebanon. Tel Aviv mengklaim serangan tersebut bertujuan memutus aliran senjata ke Lebanon, di mana Israel sedang melancarkan kampanye militer brutal.
Utusan Khusus Deputi PBB untuk Suriah, Najat Rochdi, mengutuk eskalasi serangan Israel ini, menyebutnya sebagai serangan paling mematikan di Suriah. “Kemarin, puluhan orang tewas akibat serangan di dekat Palmyra – kemungkinan serangan Israel paling mematikan di Suriah hingga saat ini,” ungkapnya.
Di sisi lain, AS terus memperkuat pangkalannya di wilayah utara Suriah dengan dukungan kelompok proxy Kurdi, Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Pada 21 November, enam anggota SDF tewas akibat serangan alat peledak improvisasi (IED) di Deir Ezzor.
Konflik antara SDF dan suku-suku Arab Suriah juga terus berlangsung, dengan bentrokan sporadis terjadi sejak pemberontakan terhadap kelompok proxy AS tersebut tahun lalu.[sya]