(IslamToday ID) – Sebuah gedung delapan lantai di kawasan Basta, Beirut, hancur setelah dihantam setidaknya empat misil Israel pada dini hari 23 November. Serangan itu menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 24 lainnya. Laporan lokal mengindikasikan penggunaan bom penghancur bunker oleh Israel, terlihat dari skala ledakan dan kerusakan besar yang ditimbulkan. Diperkirakan jumlah korban masih akan bertambah karena bangunan di sekitar lokasi turut terdampak.
Wilayah Basta dikenal padat penduduk dan menjadi tempat tinggal banyak pengungsi, sehingga serangan ini menimbulkan kekhawatiran besar. Tim penyelamat masih bekerja untuk mengevakuasi korban di bawah reruntuhan. Media Lebanon menyebut bahwa Israel tidak memberikan peringatan evakuasi sebelum serangan.
Media Israel mengklaim serangan ini ditujukan untuk membunuh tokoh penting Hizbullah. Rumor di media sosial Israel menyebut targetnya adalah Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, atau perwira senior Talal Hamiya. Namun, belum ada konfirmasi resmi dari pihak Lebanon atau Hizbullah terkait sasaran serangan.
Serangan brutal ini terjadi setelah serangkaian serangan udara menghantam pinggiran selatan Beirut sepanjang hari sebelumnya. Selain itu, kota-kota di selatan Lebanon seperti Tyre dan Nabatieh, serta Lembah Bekaa di timur, juga mengalami serangan yang menewaskan puluhan keluarga.
Di tengah upaya pencarian korban di Basta, militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi untuk wilayah Al-Hadath, Choueifat, dan Al-Amrousieh di pinggiran selatan Beirut. Serangan ini terjadi bersamaan dengan laporan dari media Barat yang menyebut kemungkinan gencatan senjata mulai terbentuk.
Menurut laporan The New York Times, pejabat AS optimis bahwa Israel lebih berminat mencapai kesepakatan gencatan senjata di Lebanon dibandingkan di Gaza, berdasarkan intensitas keterlibatan Israel dalam negosiasi di Lebanon.[sya]