(IslamToday ID)- Siprus tengah merencanakan langkah strategis untuk bergabung dengan NATO, sebagaimana dibahas oleh Presiden Nikos Christodoulides dengan Presiden AS Joe Biden pada akhir Oktober, lapor surat kabar Yunani, Kathimerini. Meskipun Siprus sebelumnya menjadi anggota Gerakan Non-Blok, negara ini keluar pada 2004 setelah bergabung dengan Uni Eropa.
Dalam kunjungannya ke Washington pada 30 Oktober, Presiden Christodoulides menegaskan dukungan terhadap sanksi anti-Rusia dan memperjuangkan hubungan yang lebih erat dengan AS. Namun, hambatan utama dalam upaya Siprus untuk bergabung dengan NATO adalah penolakan Turki dan ketidaksesuaian Siprus dengan syarat keanggotaan NATO.
Menurut laporan, Siprus telah mengembangkan rencana jangka panjang untuk mencapai keanggotaan NATO. Rencana tersebut mencakup berbagai tahap saling terkait yang telah mendapat dukungan Washington. Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menyebut strategi ini sebagai “pilihan yang menguntungkan semua pihak.”
Langkah awal dari rencana ini adalah memajukan penyelesaian konflik Siprus dan memperbaiki hubungan antara Siprus dan Turki. Presiden Christodoulides juga membahas rencana ini dengan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, di sela-sela KTT Komunitas Politik Eropa di Bucharest.
Siprus telah terbelah sejak 1974 setelah invasi bersenjata Turki yang dipicu kudeta di Siprus. Sepertiga wilayahnya diduduki oleh Turki dan menjadi Republik Turki Siprus Utara (TRNC), yang hanya diakui oleh Turki. Negosiasi yang dimediasi PBB terkait reunifikasi Siprus telah terhenti sejak 2017.
Komunitas Siprus Yunani mendukung penyelesaian konflik berdasarkan keputusan PBB dalam kerangka federasi bi-zonal dan bi-komunal. Sementara itu, komunitas Siprus Turki menginginkan konfederasi, dengan pemimpin mereka, Ersin Tatar, menuntut pengakuan kedaulatan setara sebelum kembali ke meja perundingan.[sya]