(IslamToday ID) – Kepala Unit Mobilisasi Populer Irak (PMU), Faleh al-Fayyadh, mengeluarkan perintah pada 2 Desember untuk memperkuat perbatasan negaranya dengan Suriah. Langkah ini diambil menyusul serangan ekstremis yang didukung Turki, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), terhadap Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah.
Al-Fayyadh menyatakan bahwa PMU, yang merupakan cabang dari angkatan bersenjata Irak, akan “meningkatkan kehadiran unit dan memperkuat posisi mereka di garis depan.” Ia menegaskan bahwa apa yang terjadi di Suriah memiliki dampak langsung pada keamanan nasional Irak, sekaligus memperingatkan pihak-pihak yang mencoba memasuki wilayah Irak.
“Pasukan Mobilisasi Populer tidak beroperasi di luar Irak dan tidak memasuki wilayah Suriah,” tambahnya.
Ketegangan di perbatasan Irak-Suriah meningkat sejak musim panas lalu ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS membebaskan ratusan militan ISIS dari penjara di Hasakeh, Suriah timur laut, dan kamp Al-Hol di perbatasan Irak-Suriah. Pembebasan ini menimbulkan ketakutan di kalangan komunitas Yazidi di Sinjar yang sebelumnya menjadi korban genosida oleh ISIS pada 2014, bekerja sama dengan pasukan Peshmerga dari Partai Demokrat Kurdistan (KDP) yang dipimpin Masoud Barzani.
Direktorat Media PMU mengumumkan bahwa Irak mengirimkan bala bantuan militer, termasuk pasukan PMU dan tentara, ke perbatasan barat dengan Suriah. PMU sendiri dibentuk pada 2014 sebagai respons atas invasi ISIS di Mosul setelah seruan dari ulama Syiah terkemuka, Ayatollah Ali al-Sistani, untuk mempertahankan Baghdad dan membebaskan wilayah yang diduduki ISIS.
Wakil Ketua Parlemen Irak pada Senin mendesak pentingnya “mengaktifkan upaya intelijen dan berkomunikasi dengan Suriah serta negara-negara sahabat untuk bertukar informasi.” Ia juga menekankan perlunya “melakukan operasi pre-emptive berkualitas untuk mencegah infiltrasi kelompok teroris.”
Sementara itu, pasukan Suriah yang mundur dari Aleppo akibat serangan HTS telah berkumpul kembali di utara kota Hama, dibantu oleh militer Rusia. Serangan udara intensif yang diluncurkan oleh angkatan udara Suriah dan Rusia menargetkan posisi HTS, menyebabkan kerugian besar baik dari segi peralatan maupun nyawa.
Kementerian Pertahanan Suriah mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan mereka “bertempur dengan tekad dan keberanian dalam bentrokan sengit melawan organisasi teroris bersenjata di pedesaan utara Hama.” Serangan ini bertujuan untuk melumpuhkan gerakan dan basis HTS di wilayah tersebut.[sya]