(IslamToday ID) – Pada Selasa (3/12), pasukan Israel menyerbu rumah sakit pemerintah Turki di kota Tubas, Tepi Barat yang diduduki, dan menangkap sejumlah dokter, termasuk direktur rumah sakit. Insiden ini terjadi setelah serangan udara Israel menewaskan dua warga Palestina, Karam Abu Arra dan Muhammad Ghannam, serta melukai satu orang lainnya di dekat kota Aqaba.
Korban tewas dan terluka dibawa ke rumah sakit Turki oleh warga dan ambulans. Namun, pasukan Israel menyerbu rumah sakit tersebut untuk menyita jenazah dan menangkap korban yang terluka. Kepala departemen gawat darurat, Dr. Mahmoud Ghannam, mengatakan bahwa ia sedang merawat korban saat pasukan Israel menyerbu rumah sakit secara brutal, menghancurkan jendela dan menembakkan peluru.
Dr. Ghannam mengaku diikat, diperlakukan secara kasar, dan dipaksa memanggil direktur rumah sakit untuk menyerahkan jenazah. Direktur rumah sakit, Muhammad Samara, juga mengalami kekerasan fisik dan verbal, tetapi tetap menolak permintaan pasukan Israel untuk menyerahkan jenazah, menegaskan bahwa keputusan tersebut ada di tangan Kementerian Kesehatan.
Selama penyerbuan, pasukan Israel menembakkan peluru dan bom suara di lorong rumah sakit, merusak jendela, pintu, serta fasilitas lainnya. Seorang warga yang berada di halaman rumah sakit terkena tembakan, sementara pasien dan pengunjung mengalami ketakutan luar biasa.
Salah satu saksi, Jumana Daraghmeh, yang sedang menemani ibunya di bagian dialisis, menyaksikan pasukan Israel mengejar orang-orang di koridor rumah sakit dan menyebarkan kepanikan, terutama di kalangan pasien lanjut usia.
Pasukan Israel akhirnya mundur sekitar 45 menit setelah penyerbuan, meninggalkan kerusakan material serta korban luka akibat sesak napas dan trauma. Setelah itu, warga kota Tubas segera menggelar pemakaman bagi korban tewas untuk mencegah upaya Israel menyita jenazah.[sya]