(IslamToday ID) – Beijing membantah telah melanggar hak yurisdiksi Filipina dengan mengirimkan kapal penjaga pantai terbesarnya di dekat Beting Scarborough yang disengketakan di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Guo Jiakun mengatakan dalam jumpa pers bahwa penjaga pantai hanya melaksanakan patroli dan kegiatan penegakan hukum di perairan terkait sesuai dengan hukum.
“Hal itu sepenuhnya dapat dibenarkan,” ucap Jiakun seperti dikutip dari Radio Free Asia (RFA), Kamis (9/1/2025).
Di sisi lain, penjaga pantai Filipina, atau PCG mengatakan konfrontasi yang berulang di perairan yang disengketakan selama setahun terakhir telah menimbulkan kekhawatiran akan konflik antara Tiongkok dan sekutu AS, Filipina.
“Dalam perkembangan terakhir, CCG5901 seberat 12.000 ton, yang dijuluki The Monster karena ukurannya, tampaknya telah meninggalkan garis pantai di lepas pantai Zambales, di wilayah Luzon tengah Filipina, dan berada sekitar 90 mil laut lepas pantai pada Rabu sore,” kata PCG.
Kapal penjaga pantai Tiongkok lainnya CCG3103 sedang menuju ke wilayah tersebut dan kemungkinan akan berfungsi sebagai kapal pengganti kapal raksasa tersebut untuk mempertahankan kehadiran ilegal Tiongkok di dalam zona ekonomi eksklusif, imbuhnya.
Selain CCG5901 dan CCG3103, setidaknya ada enam kapal penjaga pantai China lainnya di perairan di mana Filipina memegang hak yurisdiksi atas sumber daya.
Monster tersebut telah beroperasi di wilayah sejauh 60-70 mil laut dari Zambales selama empat hari sebelumnya, menurut juru bicara PCG, Jay Tarriela, yang mengatakan bahwa kapal penjaga pantai BRP Cabra dikerahkan untuk memantau secara ketat kapal Tiongkok ilegal tersebut.
“Tiongkok secara provokatif telah mengerahkan helikopter Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat, nomor ekor 47 ke daerah tersebut,” kata Tarriela dalam sebuah pernyataan.
Penjaga pantai Filipina telah diperintahkan oleh komandannya untuk menahan diri dari tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan, tambahnya.
Militer Filipina pada hari Selasa mengonfirmasi bahwa mereka akan terus melakukan patroli laut dan udara di Laut Filipina Barat, atau sebagian Laut Cina Selatan di bawah yurisdiksi Manila.
Namun, Global Times, surat kabar Tiongkok yang dikenal dengan sikap agresifnya, mengatakan Filipina sedang membesar-besarkan aktivitas normal CCG5901.
Analis Tiongkok Ding Duo dikutip dari Global Times, mengatakan bahwa setelah Tiongkok mengumumkan garis dasar di sekitar Huangyan Dao, nama Tiongkok untuk Beting Scarborough, baik angkatan laut maupun penjaga pantai Tiongkok bersiap untuk meningkatkan patroli dan latihan rutin mereka di daerah tersebut, dan Filipina perlu beradaptasi dengan proses ini.
“Artinya, kampanye saat ini, yang dilihat oleh Manila sebagai tindakan intimidasi ilegal, akan terus berlanjut.”
Sementara itu, kelompok penyerang kapal induk yang dipimpin oleh kapal induk kelas Nimitz USS Carl Vinson (CVN 70), telah beroperasi di Laut Cina Selatan sejak 3 Januari.
Kelompok penyerang tersebut mencakup Carrier Air Wing (CVW) 2, kapal penjelajah USS Princeton (CG-59) dan kapal perusak USS Sterett (DDG-104) dan USS William P. Lawrence (DDG-110).
Angkatan Laut AS telah merilis sejumlah foto yang menunjukkan Carl Vinson dan kapal-kapal pendampingnya melakukan operasi rutin harian untuk menegaskan kembali kebebasan navigasi di jalur perairan tersebut.
Namun, pernyataan tersebut tidak menyebutkan secara rinci lokasi pasti kapal induk tersebut dan hanya mengatakan bahwa kapal tersebut berada di wilayah operasi Armada ke-7 AS.
“Pasukan AS beroperasi di Laut Cina Selatan setiap hari,” Armada ke-7 telah berulang kali mengatakan dalam pernyataannya.
“Amerika Serikat menjunjung tinggi kebebasan navigasi untuk semua negara sebagai prinsip.”
“Tidak ada anggota masyarakat internasional yang boleh diintimidasi atau dipaksa untuk menyerahkan hak dan kebebasan mereka,” katanya.
Selain kelompok penyerang Carl Vinson, kapal perusak kelas Arleigh Burke Angkatan Laut AS USS Higgins (DDG 76) juga terlihat melakukan pelatihan menembak senjata api untuk para pelautnya pada hari Selasa di Laut Cina Selatan.
Diketahui, Filipina dan AS pada tahun 1951 menandatangani Perjanjian Pertahanan Bersama yang mewajibkan kedua sekutu untuk saling membantu saat diserang pihak ketiga. [ran]