(IslamToday ID) – Presiden AS Donald Trump berusaha meningkatkan tekanan pada Presiden Vladimir Putin agar merundingkan kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina. Trump juga mulai mendekati China untuk membantu memperlancar usahanya tersebut.
“Semoga China dapat membantu kita menghentikan perang,” kata Trump dalam pidato virtual di World Economic Forum di Davos, Kamis (23/12/2025) waktu setempat. “Mereka memiliki kekuatan yang besar atas situasi tersebut.”
Ia telah membahas masalah tersebut dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam panggilan telepon mereka pada Jumat, “dan mudah-mudahan kita dapat bekerja sama dan menghentikannya,” kata Trump. Soal diskusi tersebut, pihak China menyatakan keduanya “bertukar pandangan tentang krisis Ukraina” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Saat ditanya apakah perang bisa diakhiri dalam satu tahun ke depan, Trump menjawab: “Anda harus bertanya pada Rusia, Ukraina siap membuat kesepakatan.”Keputusan Trump untuk memusatkan perhatian pada Putin, bukan pada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, kemungkinan besar akan menimbulkan kegelisahan di Kremlin mengenai kemampuannya untuk memengaruhi pemerintahan baru AS guna mendapatkan hasil yang baik bagi perang tersebut.
Upaya untuk bergabung dengan China juga akan memicu keresahan karena Putin sangat bergantung pada kemitraan strategis dengan Xi untuk mengurangi dampak sanksi Barat terhadap ekonomi Rusia.
Dalam wawancaranya dengan Bloomberg News pada Rabu (22/1/2025), Zelenskiy memberikan komentar serupa tentang peran potensial China guna mencapai perdamaian.
Xi “bisa mendorong Putin untuk mencapai perdamaian,” kata Zelenskiy. “Presiden Trump adalah yang terkuat — dan juga Xi Jinping. Saya pikir tidak ada sekutu lain yang benar-benar dapat melakukannya.”
Beberapa jam sebelum pelantikan Trump pada Senin (20/1/2025), Putin memuji pemimpin AS tersebut dan mengatakan, Rusia terbuka untuk berunding yang “saling menghormati” dengan Trump tentang perang tersebut.
Sejak saat itu, Trump menggunakan media sosial untuk mendesak Putin agar “membuat kesepakatan” atau menghadapi sanksi lebih lanjut terhadap Rusia, dan menyarankan AS bekerja sama dengan mitra terdekat Rusia untuk mendorong penyelesaian perang.
Xi dan Putin mengadakan panggilan telepon sehari setelah pelantikan Trump, di mana mereka membicarakan hubungan China-Rusia.
Media Rusia melaporkan, Xi memberikan pengarahan kepada Moskow mengenai panggilan teleponnya dengan Trump, dan baik China maupun Rusia terbuka untuk berdialog dengan presiden AS mengenai Ukraina “jika ada sinyal yang tepat dari Washington.”
Kedua pemimpin tersebut mendeklarasikan “persahabatan tanpa batas” hanya beberapa minggu sebelum Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022.
Meskipun Beijing telah meningkatkan upaya untuk memposisikan diri sebagai pembawa damai yang bisa membantu mengakhiri konflik, rencana perdamaian yang diajukannya pada tahun 2023 dikritik oleh berbagai pihak yang menilainya lebih memihak Moskow.[sya]