(IslamToday ID) – Tentara Israel menewaskan sedikitnya 22 orang di Lebanon selatan pada Ahad (26/1/2025) bertepatan dengan hari panarikan pasukan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Al Jazeera, Senin (27/1/2025), Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon mengatakan, “Sedikitnya 124 orang juga terluka ketika tentara Israel melepaskan tembakan saat orang-orang mencoba kembali ke rumah mereka.”
Pernyataan tentara Lebanon juga mengatakan bahwa korban tewas termasuk tentara.
Sebelumnya di hari yang sama, juru bicara militer Israel Avichay Adraee telah mengeluarkan pernyataan yang memberi tahu penduduk di lebih dari 60 desa di Lebanon selatan untuk tidak kembali.
Pembunuhan yang dilakukan Israel melanggar perjanjian gencatan senjata yang dicapai pada bulan November, yang mana pasukannya seharusnya mundur dari Lebanon pada pukul 02:00 GMT pada hari Ahad.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan Lebanon atas keterlambatan tersebut, dengan mengatakan Hizbullah belum menarik pasukannya secara memadai dari wilayah perbatasan. Namun, Lebanon membantah klaim tersebut dan mendesak Israel untuk menghormati tenggat waktu tersebut.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, tentara Lebanon akan dikerahkan bersama pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di selatan saat tentara Israel menarik diri dari daerah tersebut selama periode 60 hari.
Hizbullah setuju untuk menarik kembali pasukannya di utara Sungai Litani, sekitar 30 km (19 mil) dari perbatasan, dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.
Kesepakatan tersebut, yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis pada bulan November, mengakhiri lebih dari setahun pertempuran yang dipicu oleh perang Israel di Gaza.
Di sisi lain,
militer Israel mengklaim mereka perlu tinggal lebih lama karena tentara Lebanon tidak melakukan tugasnya untuk memastikan Hizbullah dilucuti dan infrastruktur militernya dibongkar.
“Pejabat Israel mengatakan tidak ada cukup pasukan Lebanon di lapangan dan menuduh Hizbullah masih ada di sana. Tidak ada konfirmasi independen mengenai klaim tersebut,” laporan Al Jazeera.
Ketua parlemen Lebanon Nabih Berri, yang partainya Gerakan Amal bersekutu dengan Hizbullah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pertumpahan darah hari Ahad adalah seruan yang jelas dan mendesak bagi masyarakat internasional untuk bertindak segera dan memaksa Israel untuk menarik diri dari wilayah Lebanon yang diduduki.
Berri telah bertugas sebagai mediator antara kelompok tersebut dan Amerika Serikat selama negosiasi gencatan senjata.
Sementara itu, dalam pernyataan bersama, utusan PBB di Lebanon dan kepala misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengatakan bahwa kondisi belum tersedia untuk pemulangan warga Lebanon yang aman ke Lebanon selatan. [ran]