(IslamToday ID) – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bersikeras bahwa Mesir dan Yordania akan menerima warga Gaza yang terusir akibat perang, meskipun kedua negara Arab tersebut dengan tegas menolak rencananya yang kontroversial.
“Mereka akan melakukannya,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Kamis (25/1), saat ditanya tanggapannya terhadap penolakan Mesir dan Yordania serta kemungkinan menerapkan tarif perdagangan sebagai tekanan. “Kami banyak membantu mereka, dan mereka akan melakukannya.”
Pernyataan Trump muncul sehari setelah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II menegaskan penolakan mereka terhadap pemindahan paksa warga Palestina menyusul perang genosida Israel di Gaza.
Setelah gencatan senjata perang Israel mulai berlaku pada 19 Januari, Trump mengusulkan rencana untuk “membersihkan” Gaza dan memindahkan warga Palestina ke lokasi yang dianggap lebih “aman” seperti Mesir atau Yordania. Menurutnya, perang selama 15 bulan telah mengubah Gaza menjadi “puing-puing.”
Utusan Timur Tengah Trump, Steve Witkoff, melakukan perjalanan langka ke Gaza pekan ini dalam upaya mendukung gencatan senjata yang rapuh. Ia juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Usai kunjungannya, Witkoff menggambarkan kehancuran di Gaza sebagai luar biasa parah. “Hampir tidak ada yang tersisa di Gaza,” ujarnya kepada Axios. “Orang-orang bergerak ke utara untuk melihat rumah mereka, tetapi mereka kembali pergi karena tidak ada air dan listrik. Kerusakan yang terjadi benar-benar mengejutkan.”
Sebagai pengusaha properti, Witkoff memperkirakan bahwa hanya untuk membersihkan puing-puing saja akan membutuhkan waktu lima tahun, sementara pembangunan kembali bisa memakan waktu 10 hingga 15 tahun karena harus menilai kondisi terowongan bawah tanah terlebih dahulu.
Presiden Sisi, dalam tanggapan publik pertamanya terhadap pernyataan Trump, menegaskan bahwa pemindahan warga Palestina dari tanah mereka adalah ketidakadilan yang tidak bisa diterima Mesir. Ia menambahkan bahwa jika hal itu dipertimbangkan, rakyat Mesir akan turun ke jalan untuk menentangnya.
Sementara itu, Raja Abdullah II menegaskan posisi tegas Yordania untuk mempertahankan hak warga Palestina tinggal di tanah mereka sendiri.
Sejak Israel melancarkan perang genosida di Gaza pada Oktober 2023, Mesir dan Yordania telah memperingatkan rencana pembersihan etnis terhadap warga Palestina, baik di Gaza maupun Tepi Barat, agar melintasi perbatasan mereka.
Rencana Trump menuai kecaman luas, dengan banyak pihak menyebutnya sebagai “pembersihan etnis” dan “kejahatan perang.” Negara-negara Muslim dan Arab, serta beberapa negara Eropa seperti Prancis, dengan tegas menolak gagasan tersebut.[sya]