(IslamToday ID) – Beijing akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral antara China, Rusia, dan Iran pada 14 Maret mendatang untuk membahas isu nuklir Iran. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengumumkan agenda ini pada Rabu (7/2), menegaskan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk memperkuat kerja sama dan mencari solusi diplomatik terkait program nuklir Iran.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Ma Zhaoxu, akan memimpin pertemuan ini, dengan dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Ryabkov Sergey Alexeevich, serta Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi. Ketiga negara akan bertukar pandangan mengenai perkembangan terbaru program nuklir Iran serta berbagai isu strategis lainnya yang menjadi kepentingan bersama.
Pertemuan ini mencerminkan semakin eratnya hubungan antara China, Rusia, dan Iran di tengah meningkatnya tekanan dari negara-negara Barat terhadap program nuklir Teheran. Sejak Amerika Serikat menarik diri dari Kesepakatan Nuklir Iran (JCPOA) pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi, Iran terus meningkatkan pengayaan uranium, yang menimbulkan kekhawatiran di tingkat internasional.
China dan Rusia secara konsisten menentang tekanan sanksi unilateral terhadap Iran dan menyerukan pendekatan dialog untuk menyelesaikan ketegangan nuklir. Beijing, yang merupakan mitra dagang utama Teheran, telah berulang kali menyuarakan dukungan terhadap kembalinya perundingan JCPOA dan menolak upaya Barat yang dianggap memperburuk situasi.
Sementara itu, Iran menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan damai dan sesuai dengan perjanjian internasional. Namun, negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan sekutu Eropa, khawatir bahwa Iran dapat mengembangkan senjata nuklir dalam waktu dekat jika tidak ada kesepakatan baru yang membatasi aktivitas pengayaan uraniumnya.
Pertemuan di Beijing ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi antara ketiga negara dalam menangani permasalahan nuklir Iran serta membahas kerja sama strategis di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks. Para pengamat menilai bahwa langkah ini juga merupakan bagian dari upaya China untuk meningkatkan perannya dalam diplomasi Timur Tengah dan mengurangi pengaruh Barat dalam penyelesaian isu global.[sya]