(IslamToday ID) – Beberapa media Selandia Baru menyoroti rencana China untuk “membangun pangkalan kedua di sisi Selandia Baru di Antartika.” Seorang pakar China menegaskan keterbukaan China dalam kerja sama eksplorasi ilmiah sambil memperingatkan upaya politisasi penelitian ilmiah.
Menurut laporan New Zealand Herald pada Jumat (2/2), China telah mengajukan draf evaluasi lingkungan kepada Sekretariat Traktat Antartika untuk pembangunan dan operasional stasiun riset musim panas baru di Marie Byrd Land.
Pengajuan tersebut dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru. Dalam draf evaluasi lingkungan tertanggal Februari, disebutkan bahwa Marie Byrd Land terletak di Antartika Barat, antara Laut Ross dan Laut Amundsen, di selatan Getz Ice Shelf.
Stasiun riset baru ini dirancang sebagai platform internasional utama untuk mendukung observasi dan penelitian tentang atmosfer, gletser, lapisan es, dan lautan di Antartika Barat dalam konteks perubahan iklim global. Tujuannya adalah menyediakan data ilmiah jangka panjang yang lebih efektif guna memahami stabilitas lapisan es Antartika Barat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Laporan New Zealand Herald mengakui bahwa sistem Traktat Antartika memungkinkan negara-negara membangun fasilitas penelitian di Antartika. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kekhawatiran meningkat terkait potensi “motif ganda” dari fasilitas tersebut, merujuk pada laporan Departemen Pertahanan AS tahun 2022.
Chen Hong, Direktur Australian Studies Center di East China Normal University, menyatakan kepada Global Times bahwa AS mencoba mempolitisasi penelitian ilmiah di Antartika dengan menuduh China memiliki motif politik dan militer yang tidak berdasar.
Dalam penelitian Antartika, China menegaskan sikapnya yang jelas: bersedia bekerja sama dengan mitra internasional untuk mengeksplorasi, memanfaatkan, dan melindungi Antartika. Sebaliknya, AS telah lama melihat Antartika sebagai basis strategis dengan tujuan penelitian yang dapat diterapkan secara langsung untuk kepentingan militer, kata Chen.
China telah bekerja sama dengan banyak pihak dalam Traktat Antartika, termasuk Australia, Argentina, dan Chili. Sebagai salah satu gerbang utama ke Antartika, Selandia Baru juga terlibat dalam kerja sama internasional dengan China berdasarkan sistem Traktat Antartika. Chen menambahkan bahwa China tidak pernah mengaitkan kegiatan ilmiahnya di Antartika dengan politik, sebagaimana terlihat dari Stasiun Qinling yang sepenuhnya didedikasikan untuk penelitian ilmiah.
Sebelumnya, Duta Besar China untuk Australia, Xiao Qian, mengatakan kepada media Australia ABC bahwa China ingin berkontribusi dalam upaya global menangani perubahan iklim. “Kami terbuka, transparan, dan siap bekerja sama dengan Australia serta banyak mitra lainnya dalam Traktat Antartika untuk memperkuat upaya tersebut,” ujarnya.
Kerja sama terkait Antartika menjadi salah satu topik yang dibahas saat Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, mengunjungi Beijing pada Februari lalu.
Saat ini, China telah mendirikan lima stasiun riset di Antartika, yakni Stasiun Great Wall, Stasiun Zhongshan, Stasiun Kunlun, Stasiun Taishan, dan Stasiun Qinling. China juga sedang melaksanakan ekspedisi Antartika ke-41, yang berangkat dari Guangzhou pada 1 November 2024 dan dijadwalkan berlangsung selama hampir tujuh bulan hingga Mei 2025.[sya]