(IslamToday ID) – Tentara Israel membombardir sebuah kendaraan di kota Mays al-Jabal, Lebanon selatan, pada 16 Maret, menewaskan satu orang dan menandai serangan mematikan ketiga di Lebanon dalam 24 jam.
“Sebuah drone musuh Israel menyerang sebuah mobil di kota Mays al-Jabal, menewaskan satu orang,” lapor Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA).
“Ini adalah serangan Israel ketiga di Lebanon selatan dalam 24 jam, setelah penargetan kota Yater dan Burj al-Muluk… tiga orang tewas dalam tiga serangan itu,” tambah NNA.
Serangan terhadap sebuah mobil di Yater terjadi tak lama setelah tengah malam pada hari Sabtu. Serangan drone di Burj al-Muluk, yang juga mengenai sebuah kendaraan, terjadi beberapa jam sebelumnya. Dua orang lainnya terluka dalam kedua serangan tersebut.
Tentara Israel mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka “melenyapkan dua teroris” di Mays al-Jabal dan Yater, yang “terlibat dalam mengarahkan operasi teroris.” Pada Sabtu sore, tentara mengumumkan serangan yang menargetkan “teroris” Hizbullah di daerah Kfar Kila.
Menurut laporan media Ibrani, target serangan Mays al-Jabal adalah anggota Hizbullah, Hussein Mahmoud Taha.
Serangan beruntun ini terjadi ketika pasukan Israel terus memperluas pendudukan mereka di Lebanon selatan. Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, pasukan Israel diharuskan untuk mundur pada akhir Januari – namun tenggat waktu diperpanjang hingga 18 Februari.
Israel menarik sejumlah kecil pasukannya pada 18 Februari dan mempertahankan kehadiran di lima lokasi kunci dekat perbatasan yang melanggar kesepakatan.
Koresponden Al Manar, Ali Shoeib, melaporkan pada 15 Maret bahwa pasukan Israel “telah menggali parit panjang di sisi barat jalan yang mengarah dari kota Houla menuju situs Abbad Israel, sebagai persiapan untuk menempatkan kabel logam di dalam parit di tanah Lebanon milik kota itu.”
“Dengan melakukan itu, pasukan musuh secara efektif telah merebut dan menduduki area di luar lima titik demarkasi,” tambahnya.
“Akibatnya, seluruh area yang membentang dari Abbad ke situs yang baru didirikan di jalan Houla-Markaba sekarang menjadi wilayah pendudukan, selain tanah yang sudah disurvei di kota Hunin, yang mencakup banyak rumah warga,” lanjut Shoeib, menambahkan bahwa ini terjadi di bawah pengawasan pasukan UNIFIL dan tentara Lebanon yang dikerahkan di daerah tersebut.
Pemboman Israel di Lebanon selatan dan timur terus berlanjut sejak gencatan senjata dicapai pada November tahun lalu.
Tel Aviv mengklaim bertindak berdasarkan haknya dalam kesepakatan dengan mencegah Hizbullah mempersenjatai diri kembali. Namun, perjanjian yang ditandatangani oleh Beirut tidak mencakup apa pun tentang pasukan Israel yang memiliki hak untuk menyerang negara itu atau menduduki tanahnya, melainkan menetapkan bahwa kehadiran perlawanan dan infrastruktur militer harus dibongkar oleh tentara Lebanon di selatan Sungai Litani di Lebanon selatan.
Israel menuduh Hizbullah tidak sepenuhnya mundur ke utara Sungai Litani, sesuai perjanjian. Israel juga menuduh perlawanan Lebanon berusaha untuk merekonstruksi pasukannya.
“Kami mempertahankan lima titik di sisi perbatasan Lebanon untuk melindungi wilayah kami. Kami tidak akan melepaskan kendali [dari lima situs]. Pekan lalu, kami membunuh lima anggota Hizbullah karena melanggar perjanjian gencatan senjata yang kami berusaha terapkan dengan tegas,” kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada 14 Maret.[sya]