(IslamToday ID) – Pesawat tempur Amerika Serikat (AS) melancarkan setidaknya 17 serangan udara ke distrik Tahrir dan Qiyada di ibu kota Yaman, Sanaa, pada larut malam 27 Maret. Serangan tersebut menargetkan kawasan pemukiman warga dan Bandara Internasional Sanaa untuk malam kedua berturut-turut.
Serangan udara juga dilaporkan terjadi di Distrik Al-Luhayyah di Kegubernuran Hodeidah dan Kegubernuran Al-Jawf. Menurut laporan setempat, serangan yang dipimpin AS tersebut menyebabkan beberapa warga Yaman terluka dan kerusakan material pada rumah-rumah serta toko-toko di Sanaa dan kota-kota lainnya.
Pekan lalu, AS dan Inggris kembali melancarkan perang ilegal terhadap negara termiskin di dunia Arab setelah Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) mengumumkan pemberlakuan kembali larangan terhadap kapal-kapal Israel yang melintasi Laut Merah, menuntut diakhirinya pembantaian massal warga Palestina di Gaza.
Pesawat-pesawat tempur Barat telah menggempur Yaman dengan serangan udara tanpa henti dalam serangan malam yang telah menewaskan puluhan orang, termasuk banyak wanita dan anak-anak.
Sebagai tanggapan atas agresi yang dipimpin AS, Sanaa telah meluncurkan rudal jelajah dan drone ke kapal perang Barat dan menembakkan beberapa rudal balistik ke Tel Aviv.
“Pasukan rudal menargetkan Bandara Ben Gurion di wilayah Jaffa (Tel Aviv) yang diduduki dengan rudal balistik Zulfiqar dan target militer di selatan Jaffa yang diduduki dengan rudal balistik hipersonik Palestina-2. Operasi tersebut berhasil mencapai tujuannya,” YAF mengumumkan sebelumnya pada hari Kamis.
Presiden AS Donald Trump mengklaim pada hari Rabu bahwa serangan Washington “sangat sukses di luar ekspektasi terliar kami,” menambahkan, “Kami akan melakukannya untuk waktu yang lama. Kami dapat terus melakukannya untuk waktu yang lama.”
Agresi baru Washington terhadap Yaman terjadi ketika negara Arab tersebut memperingati 10 tahun dimulainya perang berdarah yang dilancarkan oleh Arab Saudi dan didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan NATO.
Perang dimulai ketika Arab Saudi memobilisasi untuk menggulingkan gerakan perlawanan Ansarallah dari kekuasaan setelah penggulingan mantan presiden Abdrabbuh Mansur Hadi selama Revolusi 21 September.[sya]