(IslamToday ID) – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini mengumumkan perebutan wilayah yang disebutnya sebagai poros Morag di Jalur Gaza selatan.
Mengutip TRT World, Senin (7/4/2025), poros Morag merupakan daerah yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian yang terletak antara Khan Younis dan Rafah, membentang dari timur ke barat melintasi Jalur Gaza.
“Ini termasuk bagian dari apa yang sebelumnya telah ditetapkan oleh militer Israel sebagai zona kemanusiaan, tempat mereka memerintahkan warga Palestina yang mengungsi untuk mencari perlindungan,” kata laporan tersebut.
Wilayah itu belum diidentifikasi sebagai poros, yang juga dikenal sebagai koridor, sebelum pengumuman Netanyahu.
Nama Morag sendiri merujuk pada pemukiman ilegal Israel yang didirikan di wilayah tersebut antara tahun 1972 dan 2005.
Namun, masih belum jelas apa yang dimaksud Netanyahu dengan merebut wilayah tersebut.
Pemberitaan media menyebut, pasukan darat dan udara Israel terus menyerang Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza, sejak mereka melanjutkan pengeboman daerah kantong yang terkepung itu bulan lalu.
Mereka telah membunuh lebih dari 1.000 warga Palestina sejak saat itu, dan lebih dari 50.400 sejak Oktober 2023.
Pasukan telah menyerbu lingkungan pemukiman penting di kota itu – yang padat penduduk sebelum perang – dan membunuh warga sipil tanpa pandang bulu , termasuk mengeksekusi petugas medis , sementara memaksa puluhan ribu orang mengungsi dengan berjalan kaki.
Militer mengatakan tujuannya adalah untuk mengepung Rafah.
Menurut Saluran 12 Israel, pemisahan Khan Younis dan Rafah merupakan bagian dari rencana militer untuk melaksanakan usulan Presiden AS Donand Trump untuk mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza.
Sebuah sumber pertahanan mengatakan kepada surat kabar Israel Haaretz bahwa mereka terkejut dengan pengumuman Netanyahu bahwa tentara telah merebut poros Morag.
Sumber itu mengatakan, “Rencana militer untuk mengendalikan wilayah yang memisahkan Rafah dan Khan Younis belum disetujui, dan pengungkapannya dapat membahayakan pasukan.”
“Masih belum jelas bagaimana rute itu dapat dihubungkan ke laut, karena melewati zona kemanusiaan”, sumber itu menambahkan.
Netanyahu menjelaskan bahwa tujuan menguasai wilayah tersebut adalah untuk memecah belah Jalur Gaza dengan memutus Rafah dari Khan Younis dan meningkatkan tekanan selangkah demi selangkah sehingga mereka mau menyerahkan sandera Israel.
Pasukan Israel sebelumnya berupaya mengendalikan koridor timur-barat di Gaza utara, sejajar dengan apa yang disebut poros Morag, sebagai bagian dari strategi militer untuk meningkatkan tekanan pada wilayah tertentu.
Pada awal perang, mereka menguasai apa yang disebut Koridor Netzarim, yang terletak di antara Kota Gaza dan Gaza tengah, menghalangi pergerakan orang antara wilayah utara dan selatan daerah kantong itu.
Mereka kemudian menarik diri dari koridor tersebut sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani dengan Hamas pada bulan Januari, sebuah kesepakatan yang dilanggar Israel pada tanggal 18 Maret ketika negara itu melanjutkan serangan besar-besaran di Gaza.
Sebelum gencatan senjata, pasukan Israel juga menguasai sebagian besar wilayah antara Kota Gaza dan provinsi Gaza utara, sebagai bagian dari apa yang disebut Rencana Jenderal, yang berupaya mengusir semua warga Palestina dari Gaza utara. Mereka juga kemudian menarik diri dari wilayah itu.
Saat ini, pasukan Israel menguasai Koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir di Rafah selatan.
Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata bulan Januari, pasukan Israel seharusnya mundur dari Koridor Philadelphia pada akhir tahap pertama, sebuah klausul yang gagal mereka hormati.
Netanyahu menyebut poros Morag sebagai rute Philadelphia Kedua. [ran]