(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengunjungi Tiongkok dan mengadakan pembicaraan dengan pejabat Tiongkok pada Rabu (23/4/2025), membahas beberapa hal termasuk kerja sama bilateral dan perkembangan di Asia Barat, sekaligus memberi penjelasan kepada Beijing tentang pembicaraan nuklir yang sedang berlangsung dengan Washington.
Laporan kantor berita Tasnim yang dikutip dari The Cradle Kamis (24/4/2025), mengatakan Araghchi bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Ding Xuexiang untuk membahas interaksi dalam kerangka perjanjian komprehensif mengenai kerja sama strategis dan mempertimbangkan rencana untuk mempercepat pelaksanaan peta jalan 25 tahun,
“Iran dan Tiongkok menandatangani Perjanjian Kerja Sama Komprehensif berdurasi 25 tahun pada Maret 2021. Kesepakatan tersebut mencakup kerja sama di bidang energi, keuangan, transportasi, dan perdagangan, serta militer dan keamanan.”
Selama pertemuan tersebut, Araghchi menggambarkan Tiongkok sebagai mitra strategis dan dapat diandalkan Iran.
Mereka juga membahas kerja sama dalam kerangka kelompok ekonomi berkembang BRICS+ dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Iran merupakan anggota kedua organisasi tersebut.
Araghchi juga menekankan perlunya interaksi yang lebih erat antara negara-negara yang memiliki pandangan yang sama, seperti Iran dan Tiongkok, untuk melawan kebijakan intimidasi dan unilateralisme, lanjut laporaan itu.
Kunjungan Iran dilakukan di tengah perang dagang yang sedang berlangsung antara China dan AS.
Sejak kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari, Presiden AS Donald Trump telah mengenakan tarif tinggi terhadap China dan negara lain dalam upaya mengurangi defisit perdagangan AS dan utang AS yang membengkak.
Tiongkok menanggapi dengan menaikkan tarif impor AS, termasuk impor gas alam dari AS . Beijing telah memperingatkan akan membalas negara-negara yang membuat kesepakatan dengan Washington yang merugikan kepentingan negara itu, sebagai tanggapan atas laporan bahwa Trump berencana menekan pemerintah untuk membatasi perdagangan dengan Tiongkok sebagai imbalan atas pengecualian tarif AS.
Perjalanan Araghchi ke Cina juga bertepatan dengan sanksi AS yang berkelanjutan terhadap Iran meskipun ada perundingan nuklir antara kedua negara serta kampanye pengeboman brutal AS di Yaman dan genosida yang sedang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Menteri luar negeri Iran memperingatkan terhadap konsekuensi mengerikan dari kejahatan genosida rezim Israel di Palestina, tindakan agresifnya di kawasan tersebut, dan tindakan agresi berulang AS terhadap Yaman, menurut Tasnim .
Ia juga memberi pengarahan kepada Xuexiang mengenai perundingan nuklir dengan AS dan mencatat bahwa Iran telah memilih diplomasi dengan keseriusan dan niat baik.
Pembicaraan tersebut dilaporkan positif, dan kesepakatan mengenai “kerangka umum” untuk kesepakatan potensial telah dicapai, menurut Kementerian Luar Negeri Iran.
Meskipun demikian, Departemen Keuangan AS mengeluarkan sanksi baru pada tanggal 22 April yang menargetkan raja gas minyak cair (LPG) Iran Asadollah Emamjomeh dan jaringan korporatnya, sejalan dengan kampanye tekanan maksimum Trump.
China mengutuk sanksi AS terhadap Iran, khususnya sanksi yang menargetkan perusahaan China yang mengimpor minyak Iran. [ran]