(IslamToday ID) – Serangan teror mematikan hari Selasa (22/4/2025) di Kashmir telah mendorong dua negara yang memiliki senjata nuklir, India dan Pakistan, ke ambang konflik.
Mengutip Sputnik, Jumat (25/4/2025), berikut asal mula pertikaian antara dua negara bertetangga tersebut dan apa yang bisa mereka lakukan selanjutnya.
Pada tanggal 22 April, militan dari Front Perlawanan (TRF), cabang kelompok Salafi-jihadis yang berbasis di Pakistan Lashkar-e-Taiba, menembak 26 warga sipil (kebanyakan turis) dan melukai 17 lainnya di Lembah Baisaran, Jammu dan Kashmir.
Para korban mengatakan para penyerang menanyakan nama dan agama korban, memastikan mereka bukan Muslim sebelum mengeksekusi mereka. Polisi mengidentifikasi 3 tersangka pada hari Kamis dan mengatakan dua di antaranya adalah warga negara Pakistan.
India lantas mencurigai dinas intelijen ISI Pakistan mendanai, melatih, mempersenjatai militan TRF, dan menggunakan mereka sebagai perantara untuk menjaga Kashmir dalam kekacauan abadi.
Namun, Pakistan membantah mendukung TRF, tetapi secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap perjuangan militan Kashmir untuk menentukan nasib sendiri di tingkat moral, politik, dan diplomatik.
Pemberontakan Islam di Kashmir sendiri yang dimulai sejak tahun 1989, telah merenggut lebih dari 45.000 jiwa, termasuk lebih dari 20.000 warga sipil, hingga saat ini.
Sementara itu, tanggapan India terhadap serangan 22 April sejauh ini meliputi, penangguhan Perjanjian Perairan Indus tahun 1960 yang bersejarah, menutup pos perbatasan Attari, rute terakhir yang tersisa untuk perdagangan darat India-Pakistan.
India juga membatalkan visa warga negara Pakistan dan menuntut pengusiran mereka dalam waktu 48 jam. Serta mengusir atase militer Pakistan di New Delhi, dan menarik keluar atase militernya sendiri di Islamabad.
di sisi lain, Pakistan menyiagakan Angkatan Udara, meningkatkan keamanan perbatasan, menutup wilayah udaranya untuk maskapai penerbangan India dan menghentikan semua perdagangan.
Islamabad juga memperingatkan bahwa setiap langkah yang bersifat kinetik (misalnya aksi militer) akan mendapatkan respons balasan.
“Pakistan menekankan bahwa setiap upaya untuk menolak akses terhadap air akan dianggap sebagai tindakan perang.”
Sebagai negara yang kekurangan air, Pakistan bergantung pada jaringan Sungai Indus dan anak-anak sungainya untuk memenuhi hingga 80% kebutuhan air permukaannya untuk pertanian, industri, pembangkit listrik tenaga air, dan air minum.
Pada bulan Februari 2019, pesawat tempur India menargetkan kamp militan di Balakot Pakistan sebagai respons atas serangan teror terhadap pasukannya di Kashmir.
Tepat sebelum serangan, India memberi penjelasan kepada para diplomat tentang teror Kashmir. Briefing serupa dilakukan pada hari Kamis.
Ketegangan di Kashmir sudah memanas sebelum serangan teror hari Selasa. Awal bulan ini, ketegangan di sepanjang Garis Kontrol meluas menjadi baku tembak lintas perbatasan, dengan India menuduh Pakistan mengobarkan ketegangan untuk mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi dan politik dalam negeri.
Kashmir telah merusak hubungan India-Pakistan sejak 1947, memicu tiga dari empat perang besar antara kedua negara. Beberapa sejarawan percaya bahwa Inggris sengaja menabur benih permusuhan dengan strategi adu domba yang memisahkan kedua negara pada saat kemerdekaan sedemikian rupa sehingga menjamin terjadinya konflik.
Saat ini, pertikaian tersebut juga menguntungkan Barat, yang bertujuan mengganggu Organisasi Kerjasama Shanghai dan kerja sama BRICS. [ran]