(IslamToday ID) – Pertumbuhan Asia sedang melambat karena ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung, demikian dikatakan Direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF) Krishna Srinivasan, memperingatkan bahwa perekonomian-perekonomian berpendapatan rendah di Asia dapat terdampak signifikan.
Direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF) Krishna Srinivasan mengatakan bahwa menghadapi ancaman tarif Amerika Serikat (AS) yang tajam, perekonomian-perekonomian yang lebih kecil dan berpendapatan rendah dapat terdampak jauh lebih signifikan.
Pada Kamis (24/4), IMF memproyeksikan pertumbuhan di Asia dan Pasifik akan melambat menjadi 3,9 persen tahun ini di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan, menandai penurunan 0,5 poin persentase dari proyeksi sebelumnya.
Penurunan proyeksi ini disebabkan oleh “tarif, ketegangan perdagangan, ketidakpastian yang kian meningkat, dan pengetatan kondisi keuangan,” kata Srinivasan kepada Xinhua dalam sebuah wawancara setelah IMF merilis proyeksi terbarunya untuk Asia.
“Ketidakpastian yang kian meningkat, kondisi keuangan yang makin mengetat, dan permintaan eksternal yang kian melambat, semua kondisi tersebut dapat memengaruhi kawasan secara lebih negatif,” paparnya.
Pejabat IMF itu mengatakan bahwa menghadapi ancaman tarif Amerika Serikat (AS) yang tajam, perekonomian-perekonomian yang lebih kecil dan berpendapatan rendah dapat terdampak “jauh lebih signifikan.”
Menyebutkan bahwa tidak semua negara memiliki ruang kebijakan, Srinivasan mengatakan, “Dalam konteks guncangan besar (tarif), penurunan yang besar dalam permintaan eksternal … ditambah fakta bahwa Anda memiliki ruang kebijakan yang lebih kecil, negara-negara tersebut menjadi jauh lebih rentan.”
“Negara-negara yang lebih kecil mungkin memiliki pengaruh yang lebih kecil, mungkin memiliki fleksibilitas yang lebih kecil untuk melakukan negosiasi. Dan itu bukan pertanda baik,” imbuhnya.
Ke depannya, Srinivasan mendorong perekonomian-perekonomian di Asia untuk menggenjot konsumsi dalam negeri, serta mengembangkan model pertumbuhan yang lebih seimbang yang mengandalkan permintaan domestik dan ekspor.
Perekonomian-perekonomian besar, seperti China, India, dan Indonesia, beserta pemain-pemain regional yang lebih kecil, memiliki potensi permintaan domestik yang substansial, kata Srinivasan. “Jadi, cobalah untuk meningkatkan konsumsi, cobalah untuk meningkatkan investasi swasta. Semua itu akan membantu memberikan model yang lebih seimbang,” lanjutnya
Pejabat IMF itu juga menyarankan untuk memperdalam integrasi ekonomi regional, dengan mengatakan “mungkin ada integrasi yang lebih besar di dalam kawasan ini.”
Mengutip Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), Srinivasan mengatakan, “Segala jenis lingkungan perdagangan yang jelas, stabil, dan dapat diprediksi akan sangat baik.”
IMF percaya bahwa negara-negara harus terlibat secara pragmatis dan konstruktif untuk mencapai kesepakatan, baik regional, lintas regional, maupun bilateral, ujar Srinivasan. Dia menambahkan bahwa “Semua itu akan membantu mendukung potensi pertumbuhan melalui ekspor,” ujarnya.[sya]