(IslamToday ID) – Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese diproyeksikan kembali memenangkan pemilu pada Sabtu (03/05/2025), menjadikannya pemimpin pertama dalam 21 tahun yang berhasil meraih kemenangan dua kali berturut-turut.
Albanese akan memasuki masa jabatan keduanya sebagai tokoh penting Partai Buruh setelah memimpin partai tersebut meraih kemenangan beruntun dalam pemilu, menurut proyeksi dari Australian Broadcasting Corporation (ABC). Namun, hingga saat ini belum dipastikan apakah ia akan membentuk pemerintahan mayoritas.
Setelah pemungutan suara ditutup di negara bagian terakhir, Australia Barat, pada pukul 20.00 waktu Sydney, hasil awal menunjukkan adanya pergeseran suara yang signifikan ke Partai Buruh di banyak daerah pemilihan yang sebelumnya dikuasai oleh koalisi oposisi Liberal-Nasional. Sekitar setengah jam kemudian, stasiun penyiaran nasional menyatakan kemenangan untuk Partai Buruh.
“Fakta bahwa kami berada di posisi ini pada pukul 20.30 malam pemilu adalah penghormatan bagi Anthony Albanese, dan saya pikir kampanyenya luar biasa,” ujar Menteri Keuangan Jim Chalmers. “Ia berhasil membawa kami kembali dari posisi yang sulit ke posisi yang tampaknya akan menang, dan ia layak mendapatkan apresiasi atas hal itu. Saya mengucapkan selamat kepadanya.”
Namun demikian, masih banyak suara yang dikumpulkan sebelum hari pemilu yang belum dihitung, dan suara-suara tersebut diperkirakan akan banyak mengarah ke Koalisi. Pemungutan suara awal telah dibuka selama dua minggu di seluruh Australia sebelum hari pemilu, dan sekitar 6,7 juta orang telah memberikan suara—sekitar sepertiga dari total daftar pemilih nasional.
Albanese menjalankan kampanye yang hampir tanpa cela melawan pemimpin oposisi Peter Dutton, membalikkan hasil survei awal tahun yang sempat menunjukkan bahwa ia akan kalah. Pemerintahan tengah-kiri ini sempat mengalami tekanan selama masa jabatan pertamanya, terutama akibat inflasi yang tinggi, suku bunga yang terus naik, dan krisis perumahan yang dikhawatirkan akan memicu kemarahan pemilih.
Pemulihan Partai Buruh juga terbantu oleh gejolak global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, yang diumumkan pada minggu pertama kampanye. Di Australia, ketidakpastian global cenderung membuat pemilih kembali mendukung petahana, dan hal ini selaras dengan performa kampanye Albanese yang lebih terfokus.
Perdana Menteri tersebut mengusung platform stabilitas, sembari membandingkan Dutton—mantan polisi dari Queensland—dengan Trump, yang tidak populer di kalangan warga Australia. Kemenangan Partai Buruh ini terjadi hanya beberapa hari setelah pemerintah tengah-kiri Kanada juga meraih masa jabatan keempat, sebuah hasil yang sangat dipengaruhi oleh ekspektasi bahwa pemimpin baru mereka, mantan gubernur bank sentral Mark Carney, mampu mengelola dampak kebijakan Trump di AS.[sya]