(IslamToday ID) – Serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza disebut merupakan tindakan persiapan untuk perluasan serangan di masa datang.
Mengutip Sputnik Arabic, Saluran 13 Israel melaporkan pada Jumat (16/5/2025) pagi bahwa tentara Israel sedang bersiap untuk perluasan pertempuran di Jalur Gaza, khususnya dengan masuknya pasukan militer tambahan ke kota Jabalia di Jalur Gaza utara.
Saluran itu mengonfirmasi di situs webnya, “Seiring dengan persiapan intensif untuk memperluas pertempuran di Gaza, Tel Aviv terus melakukan negosiasi di Qatar mengenai kesepakatan pertukaran tahanan dan sandera dengan Hamas.”
Senada, media Palestina melaporkan pada hari Jumat bahwa tentara Israel melancarkan pemboman brutal di Jalur Gaza utara, menewaskan dan melukai puluhan orang.
Pusat Informasi Palestina menyatakan, “Lima belas martir dan puluhan orang yang terluka dan hilang ditemukan dari reruntuhan akibat pemboman rumah-rumah oleh pendudukan di berbagai daerah di Gaza utara.”
Israel melanjutkan pemboman dahsyatnya di Jalur Gaza pada tanggal 18 Maret, diikuti dengan serangan darat baru. Hal ini terjadi setelah jeda hampir dua bulan, khususnya sejak perjanjian gencatan senjata dengan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari. Gencatan senjata dihentikan setelah perundingan untuk memperpanjang tahap pertama perjanjian atau pindah ke tahap kedua menemui jalan buntu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia telah menginstruksikan militer Israel untuk mengambil tindakan keras terhadap Hamas sebagai tanggapan atas penolakannya untuk membebaskan para sandera dan penolakannya terhadap semua proposal gencatan senjata.
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas seharusnya dilanjutkan setelah fase pertama, yang berakhir pada 1 Maret, diperpanjang atau fase kedua memasuki fase kedua. Akan tetapi, ketidaksepakatan antara Israel dan Hamas mengenai langkah selanjutnya mencegah hal ini terjadi.
Pihak berwenang Israel terus menutup penyeberangan Gaza, terutama penyeberangan Kerem Shalom di Jalur Gaza selatan, sejak awal Maret. Mereka mencegah organisasi bantuan internasional mengirimkan bantuan kemanusiaan, pertolongan pertama, dan medis ke wilayah tersebut, meskipun ada peringatan akan meluasnya bencana kelaparan, penyakit, dan kematian pasien.
Tahap pertama perjanjian, yang berlangsung selama 42 hari, menyaksikan pertukaran tahanan antara kedua belah pihak, menyusul perang dahsyat yang dilancarkan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza yang berlangsung selama lebih dari 15 bulan, khususnya sejak 7 Oktober 2023, dan mengakibatkan kematian, cedera, dan hilangnya lebih dari 170.000 warga Palestina.
Sementara itu, juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menyatakan kekhawatiran Moskow atas meningkatnya situasi di Jalur Gaza dan jatuhnya korban sipil yang diakibatkannya, seraya menekankan bahwa Moskow memantau situasi dengan saksama dan berharap untuk kembali ke proses perdamaian. [ran]