(IslamToday ID) – Profesor Universitas Teheran yang berada dalam tim Iran selama perundingan nuklir 2015, Mohammad Marandi, mengatakan adanya kemungkinan besar tercapainya kesepakatan AS-Iran. Namun, Marandi menekankan bahwa Teheran tidak akan menerima perjanjian apa pun yang melanggar kedaulatan negara
“Alasan mengapa [Iran] memperkaya uranium pada 60% saat ini adalah untuk memberi tekanan pada AS agar datang ke meja perundingan, agar berperilaku lebih masuk akal, dan memaksanya mencabut sanksi,” kata profesor itu seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (16/5/2025).
AS tidak seharusnya mengharapkan Iran menghentikan pengayaan uraniumnya, Teheran hanya akan mengurangi tingkat pengayaan dan memperluas peran IAEA di negara tersebut sebagai imbalan atas keringanan sanksi AS, tegas akademisi tersebut.
“Iran adalah negara yang sangat independen dalam kebijakan luar negerinya… jadi AS tidak boleh mengharapkan Iran menjadi negara bawahan.”
Marandi lantas membeberkan penyebab sebenarnya dari perselisihan AS-Iran.
“Akar penyebabnya adalah dukungan Iran terhadap rakyat Palestina dan… perlawanan yang sah terhadap pembersihan etnis, genosida, dan apartheid,” kata Marandi.
“AS mendukung genosida, karena mereka tanpa syarat mendukung rasisme dan supremasi etnis di wilayah kami. Isu nuklir hanyalah sebuah alasan, sama seperti tuduhan hak asasi manusia atau terorisme yang digunakan AS terhadap Iran untuk menenangkan Israel,” sebutnya.
AS bukanlah negosiator yang dapat dipercaya, menurut Marandi karena AS melanggar perjanjian, “Trump terus-menerus berubah-ubah sikap, entah itu Ukraina, perang dagang, Yaman, atau genosida Gaza.”
“Hal inilah yang membuat sangat sulit untuk mencapai kesepakatan apa pun,” pungkas pakar tersebut.
Sebelumnya, Presiden Iran Masoud Pazeshkian dengan tegas mengatakan bahwa Iran tidak akan memperdagangkan martabatnya dengan siapa pun.
“Ia [Trump] membayangkan bahwa kita akan takut dengan slogan-slogannya dan menyerah pada janji-janjinya [untuk membuat Iran bangkrut]. Kami tidak akan membuat kesepakatan dengan siapa pun demi martabat negara ini,” kantor berita Fars mengutip pernyataan presiden Iran tersebut.
Pada hari Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia akan memangkas pasokan minyak Iran hingga nol dan mendorong negara itu ke jurang kebangkrutan jika Teheran menolak kesepakatan nuklir. [ran]