(IslamToday ID) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang jagat internasional dengan rencana ambisiusnya membangun sistem pertahanan rudal canggih bernama Golden Dome atau Kubah Emas. Proyek yang ditaksir menelan biaya sekitar USD175 miliar atau setara Rp2.869 triliun ini disebut Trump akan rampung sebelum masa kepemimpinannya di Gedung Putih berakhir.
Trump menyatakan bahwa Kubah Emas akan menjadi sistem pertahanan berbasis ruang angkasa untuk melindungi AS dari ancaman rudal balistik, rudal jelajah, hingga rudal hipersonik generasi terbaru. Ia menambahkan bahwa proyek tersebut ditargetkan rampung dalam waktu tiga tahun. “Setelah selesai, sistem ini akan mampu mencegat rudal yang diluncurkan dari belahan dunia mana pun,” ujar Trump dalam konferensi pers di Ruang Oval.
Berikut empat alasan utama pembangunan sistem pertahanan ini:
1. Mampu Mencegat Rudal dari Mana Pun
Trump meyakini Kubah Emas akan menjadi sistem pertahanan paling revolusioner, jauh melampaui sistem Kubah Besi milik Israel. Meski banyak pihak meragukan kelayakan proyek ini, perusahaan teknologi besar seperti SpaceX milik Elon Musk telah menunjukkan ketertarikannya untuk ikut membangun sistem tersebut. Namun, sejumlah pakar pertahanan menyebut waktu dan biaya proyek ini terlalu optimistis dan bahkan belum tentu layak diwujudkan.
2. Pertahanan Berbasis Ruang Angkasa
Berbeda dari sistem pertahanan konvensional, Kubah Emas dirancang berbasis teknologi luar angkasa. Proyek ini akan dipimpin Jenderal Michael A. Guetlein dari Angkatan Luar Angkasa AS dan didanai melalui pemotongan anggaran serta revisi pajak besar-besaran. Namun, beberapa pejabat militer memperkirakan pembangunan sistem semacam ini bisa memakan waktu hingga satu dekade dan tetap hanya mampu melindungi wilayah strategis seperti gedung federal dan kota besar.
3. Perkuat Aliansi dengan Kanada dan NORAD
Trump mengungkapkan bahwa Kanada telah menyatakan minat untuk bergabung dalam proyek ini. Kantor Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menyatakan sedang berdiskusi dengan AS mengenai kerja sama keamanan baru yang juga mencakup penguatan NORAD—komando pertahanan udara bersama antara AS dan Kanada.
4. Tanggapan Terhadap Ancaman Rudal Negara Musuh
Proyek ini juga merupakan respons terhadap perkembangan senjata rudal oleh negara-negara seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Menurut penilaian terbaru Badan Intelijen Pertahanan AS, negara-negara tersebut terus mengembangkan rudal hipersonik dan sistem senjata lainnya yang mampu menjangkau daratan AS. China menanggapi keras rencana ini dan menuding AS berupaya meningkatkan militerisasi ruang angkasa yang berpotensi memicu perlombaan senjata global.
Trump menyatakan bahwa saat ini AS belum memiliki sistem pertahanan menyeluruh seperti yang ia rancang. “Kami memiliki beberapa sistem pertahanan rudal, tapi tidak ada yang seperti ini,” tegasnya.
Rencana ini masih dalam tahap perencanaan, dan keberhasilannya akan bergantung pada koordinasi berbagai lembaga pemerintah, dukungan kongres, dan kesiapan teknologi.[sya]