(IslamToday ID) – Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr meminta seluruh anggota kabinetnya untuk mengundurkan diri. Dia mengumumkannya sebagai upaya untuk “mengkalibrasi ulang” pemerintahannya karena kinerja para sekutunya dalam pemilihan Senat pekan lalu mengecewakan.
“Sudah waktunya untuk menyelaraskan kembali pemerintahan dengan harapan rakyat,” kata Marcos dalam pernyataan yang dirilis kantor komunikasinya pada Kamis (22/5/2025). “Rakyat telah berbicara, dan mereka mengharapkan hasil—bukan politik, bukan alasan. Kami mendengar mereka, dan kami akan bertindak.”
Marcos mungkin akan mengangkat kembali beberapa sekretaris Kabinet setelah mereka mengundurkan diri sebagai bentuk kesopanan. Namun, dia juga akan mengambil langkah untuk menopang dukungan publik bagi pemerintahannya di tengah popularitasnya yang menurun.
Perombakan kabinet ini terjadi saat Filipina bergulat dengan perang dagang global. Para investor ingin melihat apakah pejabat penting seperti Menteri Keuangan Ralph Recto tetap dipertahankan.
Pertumbuhan Filipina di kuartal pertama meleset dari estimasi, tetapi ekonominya masih berkembang lebih cepat dari 5%, di mana mata uangnya naik 4% terhadap dolar AS tahun ini.
“Jika benar-benar terjadi, seluruh anggota kabinet mengundurkan diri, ini akan sangat mengganggu dari sudut pandang ekonomi,” kata Euben Paracuelles, Kepala Ekonom ASEAN Nomura Holdings Inc.
“Saya pikir prospek reformasi sudah meredup, tetapi hal-hal mendesak lainnya seperti perundingan dagang dengan AS dan implementasi kebijakan kontra-siklus bisa terpengaruh.”
Menurut Shreya Sodhani, ekonom regional Barclays Plc, fokus utama perombakan ini ialah Recto dan Frederick Go, asisten khusus Marcos untuk urusan investasi dan ekonomi. “Mereka tampaknya mendapat dukungan yang baik dari Marcos, jadi tidak mungkin akan ada banyak perubahan,” jelasnya.
Para pejabat yang telah mengajukan pengunduran diri setelah diminta Marcos antara lain Recto, Menteri Pertanian Francisco Laurel, dan Menteri Anggaran Amenah Pangandaman.
Langkah Marcos yang tidak terduga ini mendorong indeks saham utama Filipina turun hingga 1,5%, penurunan terbesar di Asia Tenggara, pada perdagangan Kamis pagi. Peso tidak banyak berubah terhadap dolar AS.
Tindakan Marcos ini mengingatkan langkah serupa yang dilakukan oleh mantan Presiden Gloria Arroyo. Pada tahun 2005 dan 2009, saat menghadapi desakan untuk mundur, Arroyo meminta para pejabat kabinetnya untuk mengundurkan diri.
Marcos “sepenuhnya menyadari sentimen rakyat dan bersedia mengambil tindakan drastis untuk memperjelas komitmennya terhadap rakyat,” kata Ederson Tapia, profesor administrasi publik dari Universitas Makati. “Dia memang perlu mengambil tindakan tegas, terutama karena beberapa pihak menyebutnya sebagai presiden ‘lame duck.'”
Permintaan pengunduran diri ini memberikan “ruang untuk mengevaluasi kinerja setiap departemen dan menentukan siapa yang akan terus bertugas sesuai dengan prioritas pemerintahannya yang telah dikalibrasi ulang,” bunyi pernyataan presiden.
“Niat pemimpin Filipina ini mungkin baik, tetapi waktu sangat penting di saat ketidakpastian global seperti sekarang ini,” kata Helen Oleta, Pemimpin Asosiasi Manajer Investasi Filipina.
Pemilu sela pada 12 Mei merupakan kemunduran bagi Marcos dan meningkatkan prospek saingan politiknya yang dimakzulkan, Wakil Presiden Sara Duterte. Kandidat-kandidat yang didukung Duterte memenangkan setidaknya empat dari 12 kursi Senat yang diperebutkan.
Kandidat kelima, yang berasal dari kubu Marcos, tetapi mencari dukungan Duterte, juga menang. Dua politikus liberal yang tidak termasuk dalam daftar kandidat Marcos juga meraih kemenangan yang tidak terduga.
Para senator akan menjadi juri ketika majelis beranggotakan 24 orang tersebut memulai persidangan pemakzulan Duterte yang diperkirakan akan dimulai pada Juli. Senat membutuhkan dua pertiga suara untuk menghukum Duterte, yang mungkin akan lebih sulit mengingat kemenangan para sekutunya di Senat dan dalam pemilihan daerah lainnya.
Awal pekan ini, Marcos menyatakan bersedia untuk berdamai dengan keluarga Duterte. Dia menekankan menginginkan stabilitas “agar kami dapat melakukan pekerjaan kami.” Marcos dan Duterte bekerja sama untuk memenangkan pemilihan nasional 2022, tetapi hubungan mereka hancur karena perbedaan politik.
“Dengan perombakan besar ini, pemerintahan Marcos menandakan fase baru—lebih tajam, lebih cepat, dan sepenuhnya fokus pada kebutuhan rakyat yang paling mendesak,” bunyi pernyataan kantor Marcos.[sya]