(IslamToday ID) – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan bahwa sejumlah negara Arab lainnya kemungkinan akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2025. Washington juga terus mendesak Arab Saudi untuk mengambil langkah serupa, meskipun serangan penjajah Israel di Gaza masih berlangsung.
Isyarat ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dalam rapat dengan Komite Urusan Luar Negeri DPR AS pada Rabu (21/5/2025). Rubio menyatakan optimisme bahwa sebelum akhir tahun ini, akan ada kabar baik dari beberapa negara Arab yang bersedia bergabung dalam aliansi normalisasi.
“Kami melihat sinyal positif. Saya pikir kita mungkin memiliki kabar baik, tentu saja sebelum akhir tahun ini, dari sejumlah negara yang bersedia bergabung,” ujar Rubio, dikutip dari AFP, Kamis (22/5/2025).
Langkah ini merupakan kelanjutan dari Abraham Accords—kesepakatan yang dipimpin oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang berhasil membuat Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko menormalisasi hubungan dengan Israel sejak 2020. Pemerintah Presiden Joe Biden juga melanjutkan upaya ini, termasuk membuka pembicaraan dengan Arab Saudi.
Namun, upaya normalisasi terhambat oleh eskalasi militer besar-besaran penjajah Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Arab Saudi menegaskan bahwa mereka tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel selama perang Gaza masih berlangsung dan tanpa kepastian pendirian negara Palestina yang merdeka.
“Arab Saudi tetap menyatakan minat, seperti halnya Israel, dalam mencapai kesepakatan itu,” jelas Rubio. “Tetapi kondisi tertentu menjadi hambatan, termasuk tragedi 7 Oktober,” tambahnya.
Bagi Israel, Arab Saudi adalah mitra strategis paling berharga, mengingat posisinya sebagai penjaga dua kota suci umat Islam dan pengaruh besar di dunia Arab. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru memilih melanjutkan operasi militer besar di Gaza, meskipun menuai kecaman internasional.
Netanyahu tetap bersikeras pada tujuan perang: melenyapkan Hamas dan membebaskan semua sandera Israel. Ia juga terus menolak solusi dua negara, yang menjadi prasyarat utama Arab Saudi untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.[sya]