(IslamToday ID) – Iran melayangkan ancaman serius kepada Israel menjelang perundingan nuklir putaran kelima antara Teheran dan Washington yang digelar di Roma, Italia, Jumat (23/5/2025). Dalam pernyataan resminya, Iran menegaskan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklirnya akan dibalas secara tegas dan menyatakan Amerika Serikat juga akan ikut memikul tanggung jawab jika agresi militer Zionis benar-benar terjadi.
Peringatan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam surat resmi kepada Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kamis (22/5). “Kami percaya bahwa jika fasilitas nuklir Iran diserang oleh rezim Zionis, pemerintah AS juga terlibat dan bertanggung jawab secara hukum,” tulis Araghchi. Ia menegaskan bahwa Iran akan memberikan respons keras terhadap setiap bentuk ancaman atau tindakan ilegal.
Ancaman Iran muncul setelah laporan CNN menyebut bahwa Israel tengah mempersiapkan skenario militer untuk menyerang situs-situs nuklir Iran, meski upaya diplomasi dengan AS masih berlangsung. Laporan tersebut, yang mengutip sumber di pemerintahan AS, memperlihatkan ancaman konflik terbuka antara kedua negara kian nyata.
Perundingan nuklir kali ini menjadi yang pertama sejak AS di bawah Donald Trump keluar dari kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA). Delegasi AS dikabarkan dipimpin oleh Steve Witkoff dan Michael Anton. Isu utama yang dibahas adalah tingkat pengayaan uranium. Iran kini memperkaya hingga 60%, mendekati ambang batas senjata nuklir (90%).
Sementara itu, Presiden Trump dalam lawatannya ke Qatar mengungkapkan bahwa diplomasi adalah jalan utama. Namun, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio tetap bersikap keras dengan menegaskan bahwa Iran tidak boleh memiliki kemampuan pengayaan uranium.
Peringatan Iran tidak hanya dalam bentuk diplomasi. Juru bicara Garda Revolusi Iran (IRGC), Ali Mohammad Naini, juga menyampaikan ancaman militer langsung kepada Israel. “Jika rezim Zionis bertindak gegabah, maka mereka akan menerima balasan yang menghancurkan,” tegas Naini. Iran juga memamerkan tiga drone terbaru sebagai simbol kesiapan militer.
Di sisi lain, unjuk rasa warga Iran terjadi di dekat fasilitas nuklir Fordow. Mereka menyuarakan dukungan terhadap program nuklir nasional dengan slogan-slogan anti-AS dan anti-Israel. Ketegangan ini menambah panas konflik “perang bayangan” antara kedua negara, yang sebelumnya melibatkan serangan siber dan sabotase.
Dengan diplomasi yang rapuh dan ancaman militer yang terbuka, dunia kini menanti hasil dari perundingan Roma. Apakah jalur damai masih mungkin, atau konflik berskala besar tinggal menunggu waktu?.[sya]