(IslamToday ID) – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan akan memimpin delegasi yang mewakili komite menteri Arab-Islam untuk mengunjungi Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada hari Ahad (1/6/2025), ketika upaya internasional untuk negara Palestina semakin intensif.
“Pangeran Faisal akan menjadi menteri luar negeri Saudi pertama yang mengunjungi Tepi Barat yang diduduki sejak 1967,” kata sumber diplomatik kepada AFP, dikutip dari TRT World, Sabtu (31/5/2025), saat genosida Gaza di Israel terus berlanjut dan Riyadh mendorong berdirinya negara Palestina.
Televisi Al-Arabiya yang dikelola Saudi melaporkan bahwa Pangeran Faisal akan memimpin komite tersebut, yang bertugas memobilisasi upaya internasional untuk mengakhiri perang Israel di Gaza dan menciptakan cakrawala politik untuk mengakhiri pendudukan Israel, untuk bertemu dengan pejabat tinggi Palestina, termasuk Presiden Mahmoud Abbas.
Kunjungannya juga dilakukan saat persiapan untuk konferensi besar PBB tentang Palestina di New York bulan depan semakin intensif.
Konferensi tersebut, yang akan diketuai oleh Prancis dan Arab Saudi, akan membahas prospek solusi dua negara untuk konflik tersebut.
Sebelumnya, Duta Besar Palestina untuk Arab Saudi Mazen Ghoneim mengatakan kepada televisi pemerintah Saudi Al-Ikhbariya bahwa diplomat tinggi dari Mesir, Yordania, dan negara-negara lain akan bergabung dengan Menteri Luar Negeri Saudi.
“Kunjungan menteri tersebut dianggap sebagai pesan yang jelas. Masalah Palestina merupakan isu utama bagi orang Arab dan Muslim,” imbuh Ghoneim.
Perjalanan delegasi tersebut menindaklanjuti pertemuan komite baru-baru ini di Madrid, di mana para anggota menekankan penerapan solusi dua negara berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina, sejalan dengan resolusi PBB yang relevan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa kesepakatan gencatan senjata sudah sangat dekat.
Perang genosida Israel di Gaza telah memasuki hari ke-602. Jumlah korban tewas Palestina secara resmi telah melonjak melampaui 54.321, dengan seluruh garis keturunan musnah, dan ribuan orang masih terkubur di bawah reruntuhan.
Kepala kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa kelaparan paksa yang dilakukan Israel terhadap penduduk Gaza merupakan kejahatan perang dan seluruh penduduk daerah kantong yang terkepung itu berisiko mengalami kelaparan.
Dalam intervensi yang blak-blakan dan tegas, mantan kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths menjadi orang terakhir yang menyebut kengerian yang terjadi di Gaza sebagai genosida.
“Saya kira sekarang kita sudah sampai pada titik yang tidak dapat dibantah lagi. Tentu saja itu genosida. Sama seperti menjadikan bantuan sebagai senjata.
Amnesty International telah mengatakan bahwa Israel melakukan kejahatan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Francesca Albanese, pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk situasi di Palestina, mengatakan Israel melakukan genosida di Gaza.
Mahkamah Internasional memutuskan pada tanggal 26 Januari 2024, bahwa warga Palestina berisiko mengalami genosida. [ran]