(IslamToday ID) – Presiden AS Donald Trump telah mengeluarkan tokoh-tokoh garis keras pro-Israel dari tim kebijakan luar negerinya.
Ia dilaporkan menargetkan orang-orang yang dikenal karena pandangan militeristik mereka terhadap Iran dan keselarasan mendalam dengan kebijakan Israel, seringkali dengan cara yang menurut para kritikus melemahkan tujuan strategis AS yang lebih luas.
Menurut sumber yang dikutip dari The Cradle, Kamis (5/6/2025), “Orang-orang tersebut termasuk pejabat Dewan Keamanan Nasional Eric Trager, Merav Ceren, dan Morgan Ortagus. Pembersihan tersebut dilakukan setelah kunjungan Trump ke Arab Saudi, UEA, dan Qatar pada bulan Mei, sebuah perjalanan yang secara khusus melewati Israel.”
Trump kini dilaporkan tengah berupaya mengarahkan pemerintahannya ke arah pendekatan yang lebih diplomatis dan berorientasi ekonomi di kawasan tersebut, dengan langkah-langkah yang sedang dilakukan untuk meringankan sanksi terhadap Suriah dan membuka kembali perundingan dengan Iran.
Menurut sumber yang mengetahui perubahan tersebut, presiden berupaya mengganti pejabat yang akan keluar dengan suara-suara yang lebih selaras dengan sikap anti-intervensi Wakil Presiden JD Vance, dalam upaya untuk menegaskan kembali kendali Gedung Putih atas kebijakan Asia Barat dan mengekang pengaruh internal Israel terhadap pengambilan keputusan AS.
Mantan penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz merupakan salah satu orang pertama yang diusir setelah adanya laporan bahwa ia telah berkoordinasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai kemungkinan serangan pendahuluan terhadap Iran tanpa persetujuan Gedung Putih.
Namun, Waltz diam-diam ditugaskan kembali sebagai Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pemecatan Merav Ceren menarik perhatian khusus, mengingat hubungannya yang terkenal dengan militer Israel.
Sebelum menjabat di NSC, ia pernah bekerja dengan Kementerian Pertahanan Israel dan memiliki hubungan dekat dengan Foundation for Defense of Democracies (FDD), sebuah lembaga pemikir di Washington yang dikenal karena sikap garis kerasnya terhadap Iran dan dukungan vokalnya terhadap kampanye militer Israel di Lebanon.
Eric Trager, pejabat lain yang akan diberhentikan, telah lama vokal tentang pandangan garis kerasnya. Seorang yang keras terhadap Iran yang menulis karya kritis tentang Qatar dan Ikhwanul Muslimin, Trager memegang peran yang relatif rendah hati dalam NSC tetapi melambangkan faksi ideologis yang kini dikesampingkan Trump.
Mantan utusan AS Morgan Ortagus, yang memimpin kebijakan AS di Lebanon, memicu reaksi keras setelah secara terbuka berterima kasih kepada Israel karena telah mengalahkan Hizbullah saat berkunjung ke istana presiden Lebanon.
Dorongan agresifnya untuk melucuti senjata kelompok itu menuai kritik dari pejabat Lebanon dan menimbulkan kekhawatiran tentang melemahnya diplomasi regional. Meskipun ia dilaporkan berusaha mengambil alih kebijakan Suriah, peran tersebut jatuh ke tangan sekutu Trump, Tom Barrack.
Presiden AS dilaporkan bermaksud memangkas setengah staf Dewan Keamanan Nasional, sebuah langkah yang mencerminkan preferensinya untuk lingkaran loyalis yang lebih erat daripada tangan-tangan kebijakan tradisional, mengkonsolidasikan pengambilan keputusan di sekitar sekutu yang tepercaya.
Di balik langkah-langkah ini terdapat keretakan yang semakin besar antara Trump dan Netanyahu. Orang dalam menduga bahwa dorongan pemimpin Israel untuk melakukan aksi militer terhadap Iran berbenturan dengan minat baru Trump dalam membuat kesepakatan.
Perombakan tersebut tampaknya dirancang untuk melemahkan pengaruh Israel di Washington dan menegaskan kembali kendali Trump atas strategi AS di kawasan tersebut.
Kebijakan Trump terhadap Iran masih menjadi target yang terus berubah. Setelah tersiar kabar bahwa pemerintah telah menawarkan Teheran kesepakatan yang memungkinkan pengayaan uranium tingkat rendah, Trump dengan cepat membantahnya.
Kontradiksi tersebut mencerminkan tarik-menarik internal yang masih terjadi dalam tim kebijakan luar negerinya yang dibentuk ulang, tutup laporan tersebut. [ran]