(IslamToday ID) – Wakil Presiden Filipina Sara Duterte mempertanyakan apakah sidang pemakzulan terhadap dirinya dapat tetap dilanjutkan ketika anggota parlemen yang baru mulai menjabat bulan depan. Sidang tersebut melibatkan tuduhan serius, termasuk dugaan rencana pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Dalam wawancara singkat dengan wartawan pada Selasa (3/6/2025), Duterte menyebut bahwa proses hukum bisa menghadapi kendala karena masa kerja parlemen saat ini akan berakhir pekan depan. Jika sidang berlanjut pada Juli, Duterte akan menghadapi sorotan publik terkait tuduhan tersebut, meski hasil kuat yang diraih para sekutunya dalam pemilu paruh waktu Mei lalu diperkirakan dapat meningkatkan peluangnya untuk bebas dari jerat hukum.
Pemimpin mayoritas Senat, Francis Tolentino, pekan ini menyerukan agar kasus tersebut dihentikan, dengan alasan bahwa Kongres saat ini tidak dapat mewariskan urusannya kepada Kongres berikutnya.
“Jika kita tidak bisa menyelesaikan sidang sebelum 30 Juni 2025, maka kita harus mengakui bahwa kasus pemakzulan ini secara fungsional telah gugur,” ujar Tolentino, yang kalah dalam pemilu bulan lalu. Namun, sejumlah legislator lain, termasuk Senator oposisi Risa Hontiveros, menyatakan sidang pemakzulan tetap bisa dilanjutkan oleh Kongres baru.
Duterte dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Februari lalu dengan tujuh dakwaan, termasuk korupsi, hasutan, serta “merencanakan pembunuhan terhadap presiden, ibu negara, dan ketua DPR,” menurut dokumen resmi pemakzulan. Duterte telah membantah semua tuduhan tersebut.
Marcos dan Duterte sebelumnya memenangkan pemilu 2022 sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden. Namun, hubungan mereka memburuk akibat perbedaan pandangan kebijakan, termasuk usulan amandemen konstitusi yang dianggap kubu Duterte sebagai upaya Marcos untuk memperpanjang masa jabatan presiden yang hanya berlaku enam tahun sekali.
Ketegangan mencapai puncaknya tahun ini setelah Marcos mengizinkan penangkapan ayah Sara, mantan Presiden Rodrigo Duterte. Sang ayah kini tengah menunggu persidangan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang narkoba berdarah yang ia luncurkan semasa menjabat.
Sara Duterte menyampaikan komentarnya dari Belanda, tempat ia mengunjungi ayahnya yang berada di sana.[sya]