(IslamToday ID) – Prancis telah mengisyaratkan pihaknya tidak akan secara sepihak mengakui negara Palestina selama konferensi PBB mendatang di New York, meskipun tekanan internasional meningkat dan rasa frustrasi meningkat atas penanganan Israel terhadap krisis kemanusiaan di Gaza.
Berbicara pada hari Jumat (6/6/2025), Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menekankan bahwa meskipun Paris tetap bertekad untuk bergerak menuju pengakuan, langkah tersebut harus melampaui sekadar simbolisme dan menjadi bagian dari upaya internasional yang terkoordinasi.
“Prancis bisa saja mengambil keputusan simbolis. Namun, ini bukan pilihan yang kami buat karena kami memiliki tanggung jawab khusus,” klaim Barrot, merujuk pada peran Prancis sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Ia mengatakan bahwa pengakuan tersebut harus memiliki bobot diplomatik dan idealnya disertai dengan langkah-langkah timbal balik, terutama pengakuan Israel oleh negara-negara Teluk utama seperti Arab Saudi, seperti dikutip dari The Cradle, Sabtu (7/6/2025).
Barrot juga menegaskan kembali pandangan Prancis bahwa setiap resolusi politik harus mencakup kebutuhan mutlak untuk melucuti senjata Hamas, gerakan perlawanan Palestina yang memerintah Gaza.
Pernyataan itu muncul beberapa minggu menjelang konferensi PBB yang diselenggarakan bersama oleh Prancis dan Arab Saudi, yang dijadwalkan akhir bulan ini di New York. Konferensi tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali upaya untuk solusi dua negara.
Harapan berkembang bahwa Prancis mungkin menggunakan platform tersebut untuk mengakui kenegaraan Palestina, sebuah langkah yang telah dilakukan oleh anggota UE termasuk Irlandia, Spanyol, dan Swedia.
Akan tetapi, Jerman dan Inggris, mitra diplomatik dekat Prancis, menolak mengambil langkah tersebut, dengan alasan hal itu dapat mengirimkan sinyal yang salah, meskipun ada konsensus yang berkembang bahwa Israel tengah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Presiden Prancis Emmanuel Macron semakin kritis terhadap kekejaman mengerikan Israel di Gaza.
“Kita tidak bisa membiarkan situasi ini berlangsung lama,” kata Macron pada 30 Mei, sambil memperingatkan bahwa posisi kolektif Eropa terhadap Israel mungkin harus mengeraskan jika situasi kemanusiaan di Gaza gagal membaik.
Pernyataan Macron muncul di tengah laporan tentang kelaparan dan pembantaian Israel yang terus berlanjut. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 54.000 orang – sebagian besar warga sipil – telah tewas sejak Israel memulai kampanye militernya di daerah kantong itu. PBB telah menyatakan bahwa menurut mereka angka-angka ini kredibel, sementara perkiraan independen menunjukkan bahwa lebih dari 100.000 warga Palestina telah tewas akibat kekerasan langsung Israel. [ran]