(IslamToday ID) – Ketika Elon Musk dan Donald Trump bersatu selama kampanye presiden, selalu ada pertanyaan tentang seberapa lama aliansi mereka akan bertahan dan siapa yang akan menang jika hubungan itu berantakan.
Setelah pertengkaran publik antara orang terkaya di dunia dan pemimpin paling berkuasa itu lepas kendali, jawabannya pun jelas: Musk akhirnya mundur ketika harga saham Tesla Inc. anjlok dan kekayaannya menyusut sebesar US$34 miliar (Rp552 triliun).
Kedua miliarder itu telah berhenti saling sindir di media sosial sejak Kamis malam. Namun, kerusakan pada kerajaan bisnis Musk sulit diperbaiki — saham Tesla hanya naik sekitar 4% dalam perdagangan pra-pasar, menutupi sebagian kecil dari penurunan hari sebelumnya.
Setelah pertengkaran itu menghapus rekor US$153 miliar dari nilai pasar produsen mobil listrik tersebut pada hari Kamis dan menyeret turun indeks-indeks utama, menjadi jelas bahwa Musk adalah pihak yang paling banyak menanggung kerugian.
Dan dia pun mundur, menarik ancamannya untuk menghentikan kendaraan pengangkut astronot milik SpaceX dan mengikuti saran dari netizen untuk meredam serangan-serangannya. Di berbagai momen, Musk mengklaim sebagai tokoh kunci kemenangan Trump, mendukung pemakzulannya, bahkan menyiratkan bahwa sang presiden terlibat dalam kejahatan seksual Jeffrey Epstein.
Pada pukul 21.20, Musk tampak sudah tenang, mengatakan kepada seorang pengguna di platform X miliknya bahwa mengambil waktu untuk menenangkan diri selama beberapa hari adalah “saran yang bagus.”
Konflik ini menandai titik balik dalam hubungan yang selama beberapa bulan pertama masa jabatan Trump didefinisikan oleh kedekatannya dengan Musk, saat Musk dan sekelompok kecil programmer muda berlomba-lomba masuk ke pemerintahan, berusaha memangkas pengeluaran, menutup lembaga, dan mengurangi jumlah pegawai federal. Konflik ini juga menjadi peringatan bagi para miliarder lain yang baru-baru ini mendukung Trump, mengingatkan mereka akan bahaya menentang presiden yang dikenal menyimpan dendam.
Apa yang disebut sebagai Departemen Efisiensi Pemerintah bentukan Musk seolah mewujudkan janji Trump untuk secara radikal mengecilkan ukuran pemerintah dan bertindak lewat perintah eksekutif, dengan melewati kekuasaan anggaran yang secara konstitusional dimiliki Kongres. Namun, upaya tersebut gagal mencapai target pemangkasan anggaran sebesar US$1 triliun melalui pemberantasan pemborosan birokrasi — dengan mengklaim hanya berhasil menghemat US$180 miliar menurut perhitungan internal mereka.
Namun saat Musk meninggalkan perannya akhir bulan lalu, keduanya tampak masih dalam hubungan baik dalam konferensi pers di Oval Office, di mana Musk menyatakan bahwa ia berharap tetap menjadi teman dan penasihat presiden.
Ketegangan mulai muncul ketika Musk menyerang undang-undang andalan Trump, yang disebut “RUU indah besar” (big beautiful bill), yang bertujuan memperpanjang pemotongan pajak era Trump dan menambahkan beberapa insentif baru. Untuk menutupi sebagian biayanya, RUU tersebut juga mencakup pemangkasan belanja, termasuk penghapusan insentif pajak sebesar US$7.500 bagi pembeli kendaraan listrik — yang oleh analis JPMorgan Chase & Co. diperkirakan dapat memangkas sekitar US$1,2 miliar dari laba tahunan Tesla.
Musk, yang juga kecewa karena Trump menarik pencalonan rekan dekatnya, Jared Isaacman, untuk memimpin NASA, mulai menggunakan media sosialnya untuk mendorong para senator membatalkan RUU pajak itu, menyebutnya sebagai “aib menjijikkan” yang akan memperburuk defisit dan menambah utang nasional.
Penolakan tersebut membuat para anggota parlemen Republik berada dalam posisi canggung: memilih antara Musk — yang dengan cepat menjadi penyokong dana utama upaya politik partai — dan Trump, sosok tunggal yang telah membentuk ulang partai itu sesuai citranya.
Namun posisi Musk pada awalnya hanya dianggap sebagai perbedaan pendapat oleh Gedung Putih — sampai Trump ditanya tentang lobi Musk dalam pertemuan yang disiarkan televisi di Oval Office bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz.
“Saya sangat kecewa pada Elon. Saya sudah banyak membantu Elon,” kata Trump dalam pertemuan itu.
“Dia pernah mengatakan hal-hal paling indah tentang saya, dan dia belum mengatakan hal buruk tentang saya secara pribadi — tapi saya yakin itu akan segera datang.”
Saat itulah momen dramatis mulai terjadi. Musk mulai menyerang balik Trump, menuliskan tanggapan di media sosial selagi sang presiden berbicara.
“Begitu tidak tahu berterima kasih,” tulis Musk, merujuk pada dukungan finansialnya untuk Partai Republik selama pemilu 2024.
“Tanpa saya, Trump akan kalah, Demokrat akan menguasai DPR, dan Partai Republik hanya unggul 51-49 di Senat.”
Keduanya lalu saling debat soal bagaimana sebenarnya Musk keluar dari Gedung Putih. “Elon itu mulai menguras kesabaran. Saya yang minta dia pergi, saya cabut mandat kendaraan listriknya yang memaksa semua orang membeli mobil listrik yang tidak diinginkan siapa pun (dan dia tahu berbulan-bulan sebelumnya saya akan melakukannya!), lalu dia langsung GILA!,” tulis Trump.
Musk membalas bahwa klaim Trump soal dirinya diminta keluar adalah “kebohongan yang jelas sekali” dan “sangat menyedihkan.”
Perseteruan itu pun terus memanas. Musk sempat melontarkan ide untuk membentuk partai politik baru “yang benar-benar mewakili 80% masyarakat di tengah,” dan terus memprovokasi Trump setelah sang presiden mengancam akan memutus kontrak pemerintah dengan perusahaan-perusahaan milik Musk. Itu bisa menjadi pukulan besar bagi Musk, karena menurut data Bloomberg Government, SpaceX dan Tesla telah menerima kontrak pemerintah non-rahasia senilai US$22,5 miliar sejak tahun fiskal 2000.
Musk tampak tidak khawatir terhadap risiko finansial akibat membuat Trump marah. Ia menjawab “ya” pada pengguna X yang menyarankan agar Trump dimakzulkan dan digantikan oleh Wakil Presiden JD Vance, serta berargumen bahwa kebijakan tarif presiden akan mendorong negara ke dalam resesi. Musk juga menyindir Trump terkait hubungannya di masa lalu dengan Epstein: “Waktunya menjatuhkan bom besar: @realDonaldTrump ada di dokumen Epstein. Itu alasan sebenarnya kenapa dokumen itu belum dipublikasikan. Semoga harimu menyenangkan, DJT!” tulis Musk.
Gedung Putih menolak berkomentar mengenai tuduhan terkait Epstein tersebut.
Di Wall Street, reaksi datang dengan cepat dan keras. Penjualan saham Tesla meningkat seiring pertukaran sindiran antara keduanya, menjatuhkan harga saham hingga 18% di satu titik, sebelum kerugiannya sedikit berkurang pada akhir hari perdagangan.
Beberapa orang dari Partai Republik yang memiliki hubungan dengan Trump dan Musk — serta pengguna media sosial acak — mencoba mencari jalan keluar cepat dari permusuhan ini dan membuka jalan menuju perdamaian.
Menjelang sore, dengan kekuasaan yang dimiliki Trump mengancam menghapus sebagian besar kekayaan Musk, pesan itu akhirnya mulai terasa.
Menanggapi Bill Ackman, miliarder yang juga sekutu Trump dan Musk, yang mengatakan bahwa mereka sebaiknya “berdamai demi kebaikan negara kita yang hebat,” Musk menjawab: “Kamu tidak salah.”[sya]