(IslamToday ID) – Teheran akan menutup Selat Hormuz sebagai upaya menanggapi serangan Israel atau negara lain.
Diketahui, Selat Hormuz sangat penting untuk pasokan minyak dunia.
“Mengenai pilihan Iran dalam menanggapi serangan rezim Zionis dan negara-negara pendukungnya, Iran memiliki berbagai pilihan. Salah satu pilihan yang mungkin adalah menutup Selat Hormuz ,” kata anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran, Behnam Saeedi yang dikutip dari Sputnik, Jumat (20/6/2025).
Sabtu lalu, anggota lain Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran, Esmail Kowsari, mengatakan bahwa Teheran sedang mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz sebagai tanggapan atas agresi Israel. Harga minyak pun melonjak.
Selat Hormuz menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman. Kapal-kapal kemudian memasuki Laut Arab dan Samudra Hindia. Pantai utara selat itu milik Iran, sedangkan bagian selatan milik Oman dan UEA. Selat itu menangani 10–20% minyak global dan sekitar 20% pengiriman LNG.
Dr. Tilak Doshi dari Pusat Penelitian dan Studi Perminyakan Raja Abdullah memperingatkan bila Iran benar-benar menutup Selat Hormuz mengakibatkan harga minyak bisa mencapai $130 per barel, atau bahkan $300.
Sangat mungkin bahwa harga yang tinggi tersebut tidak akan “disukai oleh pemerintah AS, dan mereka akan mencoba untuk mencapai resolusi perang secepat mungkin,” katanya.
“Secara historis, pada tahun 2008, harga minyak sempat mencapai $147 per barel tanpa konflik geopolitik besar, yang semata-mata didorong oleh spekulasi finansial dan dinamika permintaan-penawaran yang ketat,” renung ekonom energi Dr. Kazi Sohag.
“Selama Embargo Minyak Arab tahun 1973, yang dipicu oleh Perang Yom Kippur, harga minyak meningkat hingga 300%, menunjukkan seberapa cepat pasar dapat bereaksi terhadap guncangan politik,” tambahnya.
Bahkan tanpa penutupan selat itu, menargetkan fasilitas ekspor dan penyulingan minyak Iran dapat mendorong harga hingga $80 atau bahkan $90, prediksi Marc Ayoub, peneliti kebijakan energi.
“Jika keadaan terus seperti sekarang, kita akan tetap pada norma yang sama, dan kita mungkin mencapai level atau batas atas maksimum $80 per barel,” jelasnya.
“Dan juga, jika Kareesh atau Leviathan dari Israel juga menjadi sasaran, kita mungkin akan melihat kenaikan hingga $5, antara $5 dan $10. Itu berarti kita mungkin mencapai $90 atau semacamnya.” [ran]