(IslamToday ID) – Iran memiliki pengetahuan teknologi dan kapasitas industri untuk membangun kembali infrastruktur nuklir setelah serangan AS, jadi kerja sama harus terus berlanjut, kata Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi pada Rabu.
“Rekonstruksi infrastruktur bukanlah hal yang mustahil. Pertama, ada beberapa (fasilitas nuklir) yang selamat dari serangan, dan kemudian ini adalah pekerjaan yang dapat dilakukan Iran. Ini akan memakan waktu,” kata Grossi pada konferensi pers bersama Kanselir Austria Christian Stocker.
Ia menambahkan bahwa keterlibatan dengan Iran harus terus berlanjut, seraya menambahkan bahwa solusi jangka panjang bagi Iran, yang akan bertahan lama, tetap diperlukan.
“Bagaimanapun, pengetahuan teknologi sudah ada dan kapasitas industri sudah ada, yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Jadi, kita perlu bekerja sama dengan mereka,” katanya.
Israel melancarkan operasi skala besar terhadap Iran pada dini hari tanggal 13 Juni, sembari menuduh Negeri Para Mullah itu melaksanakan program nuklir militer rahasia. Teheran membalas dengan meluncurkan Operasi True Promise 3 pada malam tanggal 13 Juni, yang menyerang target militer di dalam Israel.
Kemudian, pada 22 Juni, Amerika Serikat menyerang tiga lokasi nuklir Iran – Natanz, Fordow, dan Isfahan. Trump mengatakan setelah serangan itu bahwa Teheran sekarang harus setuju untuk mengakhiri perang ini atau menghadapi konsekuensi yang jauh lebih serius.
Pada Senin (23/6), Iran melancarkan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik Amerika Serikat di Qatar sebagai tanggapan atas serangan militer AS tersebut.
Trump mengatakan pada Senin malam bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Pada Selasa (24/6), Trump mengatakan bahwa gencatan senjata antara Iran dan Israel sekarang berlaku.
Iran menyangkal dimensi militer dari program nuklirnya. Badan Tenaga Atom Internasional belum melihat bukti konkret bahwa Iran memiliki program senjata nuklir aktif, kata Direktur Jenderal Rafael Grossi pada 18 Juni.
Penilaian intelijen AS mencapai kesimpulan serupa, bahwa Iran tidak secara aktif mengejar senjata nuklir, CNN melaporkan pada 17 Juni, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Seorang mantan duta besar Inggris untuk Uzbekistan, aktivis hak asasi manusia Craig Murray, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Iran telah “sangat bertanggung jawab dan sabar” selama beberapa tahun terakhir, terlepas dari tindakan Israel.[sya]