(IslamToday ID) – Konferensi tingkat tinggi (KTT) NATO yang digelar selama dua hari dan berakhir pada Rabu (25/6) di Belanda akan dikenang bukan karena hasil kebijakannya, melainkan karena momen nyeleneh yang mendominasi kolom berita utama, yakni lelucon “Ayah” yang menjadi viral.
Selama penyelenggaraan KTT itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyamakan Israel dan Iran dengan anak-anak yang tidak patuh, sementara Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyanjung Trump dengan membandingkannya dengan seorang “ayah” (dad atau daddy dalam bahasa Inggris) yang turun tangan untuk mendisiplinkan mereka. “Ayah terkadang harus menggunakan bahasa yang keras untuk membuat mereka berhenti,” kata Rutte.
Trump tampak cukup senang dengan julukan yang diberikan Rutte, dan mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers Rabu malam bahwa ucapan itu “bernada penuh kasih sayang.”
“Ayah, kau adalah ayahku,” ucap Trump.
Rutte kemudian membela komentar tersebut, tetapi malah menggandakan sanjungannya, dengan menyebut Trump sebagai teman baik dan menegaskan bahwa serangan militernya terhadap Iran pantas mendapatkan pujian.
Meskipun lelucon “Ayah” menjadi viral, KTT itu tidak menghasilkan banyak hal. Media massa menyebutkan bahwa lelucon “Ayah” itu akhirnya mencuri perhatian, menggarisbawahi fakta bahwa KTT itu mencerminkan pergeseran NATO ke arah sandiwara yang berpusat pada AS, dengan sebagian besar kepentingan utama Eropa dikesampingkan.
Komunike finalnya, yang hanya sepanjang lima paragraf, merupakan yang terpendek dalam sejarah NATO dan sangat berfokus pada pengeluaran militer, atas desakan Washington. Inggris dan Belanda mengumumkan paket bantuan militer baru untuk Ukraina. Akan tetapi, komitmen ini dibuat secara bilateral dan bukan melalui kerangka kerja kolektif NATO. Secara khusus, komunike final KTT tersebut menghilangkan deklarasi tahun 2024 yang menyatakan bahwa jalur Ukraina menuju keanggotaan NATO tidak dapat diubah, yang mengindikasikan potensi perubahan dalam sikap aliansi tersebut.
Sebagai gantinya, muncul komitmen simbolis untuk meningkatkan anggaran pertahanan, yang sebagian besar dimaksudkan untuk memuaskan Trump. Anggota NATO sepakat untuk meningkatkan anggaran militer hingga 5 persen dari produk domestik bruto (PDB) per 2035, lebih dari dua kali lipat dibanding pedoman sebelumnya sebesar 2 persen.
Namun, meskipun Trump menegaskan bahwa AS tidak akan terikat oleh target baru tersebut, dia bersikeras bahwa negara lain harus mematuhinya. Spanyol, Slovakia, dan Belgia secara terbuka mempertanyakan kelayakan kenaikan tersebut, menyebut kendala domestik dan prioritas ekonomi.
Di tengah tawa yang dipicu oleh lelucon “Ayah” itu, fakta tentang NATO terlihat jelas. Eropa harus menyerah dari waktu ke waktu, sementara Washington tidak pernah lupa untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut.[sya]