(IslamToday ID) – Ribuan pengunjuk rasa memadati pusat kota Bangkok pada akhir pekan lalu untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra. Aksi protes besar ini dipicu oleh bocornya rekaman panggilan telepon antara Paetongtarn dan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, yang membahas insiden perbatasan antara kedua negara.
Dalam percakapan tersebut, Paetongtarn menyebut Hun Sen sebagai “paman” dan mengkritik seorang komandan militer Thailand yang menangani konflik sebagai “hanya ingin terlihat keren dan mengatakan hal-hal yang tidak berguna.” Meskipun telah menyampaikan permintaan maaf dan menyebut ucapannya sebagai bagian dari “teknik negosiasi,” pernyataan tersebut memicu kemarahan luas di masyarakat.
Unjuk rasa yang digelar pada Sabtu lalu menjadi yang terbesar sejak Partai Pheu Thai kembali berkuasa pada 2023. Di tengah hujan monsun, ribuan demonstran memblokir jalan di kawasan Victory Monument sambil membawa bendera nasional, plakat bertuliskan “PM adalah musuh negara,” serta payung untuk berteduh. Ketika hujan reda, pelangi muncul di atas monumen, menjadi simbol harapan di tengah krisis.
Pemimpin unjuk rasa, Parnthep Pourpongpan, menyatakan bahwa Paetongtarn adalah sumber masalah dan harus mengundurkan diri. Seorang warga lansia bernama Seri Sawangmue (70), bahkan menempuh perjalanan jauh dari wilayah utara Thailand untuk ikut serta dalam aksi. “Saya di sini untuk melindungi kedaulatan negara. PM tidak layak memimpin,” ujarnya kepada AFP.
Paetongtarn, yang baru menjabat selama 10 bulan, merupakan PM perempuan kedua dalam sejarah Thailand, setelah bibinya, Yingluck Shinawatra. Ia juga merupakan putri dari Thaksin Shinawatra, mantan PM yang digulingkan dan kembali ke Thailand pada 2023 setelah 15 tahun di pengasingan.
Aksi ini dimotori oleh koalisi yang telah lama menentang dominasi politik keluarga Shinawatra. Mereka menuding pemerintah saat ini tidak mewakili semangat demokrasi dan monarki konstitusional. Kelompok tersebut membacakan pernyataan resmi yang menilai lembaga eksekutif dan legislatif tidak lagi bekerja untuk kepentingan rakyat.
Ketegangan diplomatik antara Thailand dan Kamboja pun meningkat. Dalam panggilan yang bocor itu, kedua pemimpin membahas bentrokan di perbatasan yang terjadi pada akhir Mei, yang menyebabkan seorang tentara Kamboja tewas. Hun Sen mengaku telah menyebarkan klip percakapan itu kepada 80 politisi dan kemudian membagikan versi lengkap berdurasi 17 menit di Facebook.
Hubungan antara Thailand dan Kamboja sendiri telah lama diwarnai perselisihan perbatasan sejak masa kolonial Prancis, dan kini memburuk dengan adanya pembatasan lintas negara serta pelarangan impor produk Thailand oleh Kamboja—termasuk makanan, listrik, hingga konten hiburan.
Meskipun ada ketegangan geopolitik, hubungan pribadi antara keluarga Shinawatra dan keluarga Hun sudah terjalin selama beberapa dekade. Orang tua dari Paetongtarn dan Hun Sen bahkan saling menyebut sebagai “saudara baptis.”
Pada hari Selasa (1/7/2025), Mahkamah Konstitusi Thailand dijadwalkan mengumumkan apakah akan menerima petisi dari para senator yang meminta pemecatan PM Paetongtarn karena dianggap tidak profesional dalam menangani urusan luar negeri.[sya]