(IslamToday ID) – Kedutaan Besar Tiongkok di Fiji mengonfirmasi pada hari Kamis (3/7/2025) bahwa Beijing tidak bermaksud membangun pangkalan militer di Pasifik Selatan, dan menekankan bahwa bantuannya kepada negara-negara kepulauan berkembang di kawasan tersebut tidak disertai persyaratan politik.
Hal ini muncul sebagai tanggapan atas pernyataan Perdana Menteri Fiji, Sitiveni Rabuka, yang pekan ini memperingatkan terhadap segala upaya Tiongkok untuk membangun kehadiran militer permanen di wilayah yang disengketakan secara strategis tersebut.
Dalam pidatonya di Australia, Rabuka mengatakan, “Jika mereka ingin datang, siapa yang akan menyambut mereka? Bukan Fiji. Dan saya pikir Tiongkok sangat menyadari hal itu.”
Sementara itu, Kedutaan Besar Tiongkok menuduh media menyebarkan narasi palsu tentang ambisi militernya. Seorang juru bicara mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial.
“Bantuan Tiongkok tidak disertai syarat politik, tidak memaksakan kehendaknya kepada pihak lain, dan tidak disertai janji-janji kosong,” kata juru bicara China yang dikutip dari Sputnik.
Ia menambahkan, “Tuduhan tentang niat Tiongkok untuk mendirikan pangkalan militer di Pasifik tidak berdasar dan didorong oleh agenda tersembunyi.”
Kawasan Pasifik Selatan, rumah bagi beberapa negara terkecil di dunia, yang paling rapuh secara iklim dan ekonomi, tengah menyaksikan persaingan diplomatik yang ketat antara China dan kekuatan Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Australia.
China menandatangani perjanjian keamanan rahasia dengan Kepulauan Solomon pada tahun 2022, yang menimbulkan kekhawatiran di Washington dan Canberra tentang kemungkinan mendirikan pangkalan militer permanen China di sana, meskipun rincian perjanjian tersebut belum dipublikasikan.
Dalam konteks ini, Tiongkok mengindikasikan bahwa pihaknya mempertahankan kehadiran keamanan terbatas di Kepulauan Solomon dan Kiribati, dengan mengirimkan personel polisi untuk melatih penduduk setempat dalam hal menembak, pengendalian huru-hara, dan seni bela diri.
Juru bicara kedutaan mengonfirmasi, “Kehadiran Tiongkok di Pasifik difokuskan pada pembangunan jalan dan jembatan serta peningkatan penghidupan, bukan pada pengerahan pasukan atau pendirian pangkalan militer,” imbuhnya,
Seraya menambahkan, “Negaranya tidak akan pernah memaksa negara mana pun di kawasan itu untuk menyerahkan kedaulatannya.”
Beijing telah menghabiskan ratusan juta dolar untuk proyek pembangunan di negara-negara Pasifik, termasuk pembangunan stadion olahraga, rumah sakit, istana presiden, dan jalan raya, dalam apa yang oleh sebagian orang digambarkan sebagai serangan diplomatik lunak.
Kebijakan ini telah menghasilkan perubahan diplomatik yang penting, dengan Kiribati, Kepulauan Solomon, dan Nauru memutuskan hubungan dengan Taiwan demi Beijing dalam beberapa tahun terakhir. [ran]